JawaPos.com – Upaya percepatan pembuatan Vaksin Merah Putih platform Universitas Airlangga (Unair) terus dilakukan. Progres penelitian tersebut sempat mundur dari target uji klinis pada Agustus karena terkendala ketersediaan hewan coba besar makaka. Kini, Unair mendapat bantuan makaka dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur.
Dukungan percepatan Vaksin Merah Putih platform Unair itu juga diperoleh dari Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Prof Nizam pada webinar Hari Teknologi Nasional (Harteknas) yang digelar Unair, Senin (2/8).
Rektor Unair Prof Mohammad Nasih mengatakan, beberapa kendala dalam proses riset Vaksin Merah Putih platform Unair cukup memengaruhi target yang sudah direncanakan. Sebelumnya, Vaksin Merah Putih platform Unair ditargetkan masuk tahap uji klinis pada Agustus. Dengan harapan, vaksin tersebut siap diproduksi massal awal tahun depan. ’’Progres kami mundur. Uji klinis yang tadinya ditargetkan Agustus mungkin baru bisa dilakukan September,” katanya.
Salah satu kendala yang dialami, lanjut dia, terkait dengan administrasi keuangan. Apalagi, ada banyak perubahan pada struktur organisasi pemerintah pusat. Yakni, Kemenristek dan BRIN kini dikelola dalam Kemendikbudristek. ’’Ada peralihan dengan tata kelola baru. Sementara itu, riset konsorsium Vaksin Merah Putih platform Unair terus berjalan,” ujarnya.
Nasih menuturkan, mundurnya target Vaksin Merah Putih berbasis inactivated virus tersebut juga disebabkan ketersediaan makaka. Hewan coba besar itu diharapkan bisa disiapkan Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan jumlah besar, tetapi Unair hanya mendapatkan beberapa makaka untuk proses uji praklinis tahap II. Memanfaatkan laboratorium biosafety level (BSL) 2 dan 3 milik IPB juga tidak bisa.
’’Jadi, kami berinisiatif memperbaiki BSL 3 yang dimiliki Unair. Ya, meskipun molor karena harus melengkapi hepafilter,” kata dia. Selain itu, makaka yang dibutuhkan untuk menyelesaikan uji praklinis tahap II telah didapatkan dari BKSDA Jawa Timur.
Nasih mengungkapkan, tim peneliti Unair siap untuk menyelesaikan uji praklinis. Bahkan, vaksin buatan Unair itu digadang-gadang lebih bagus daripada vaksin Sinovac yang diimpor dengan nilai tinggi. Selain itu, produksi vaksin akan lebih murah daripada vaksin impor dengan kualitas efikasi yang bagus. ’’Kami sudah menggunakan varian mutasi generasi D, tidak lagi memakai generasi A,” tegasnya.
Nizam mengatakan, riset Vaksin Merah Putih platform Unair kini menjadi yang terdepan. Jadi, perlu didukung untuk akselerasi vaksin tersebut. Terkait dengan kebutuhan makaka, pihaknya akan bersurat ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan guna mendapatkan bantuan untuk percepatan riset Vaksin Merah Putih. ’’Nanti saya meminta bantuan dari kawan-kawan di KLH,” katanya.
Nizam menuturkan, ditjen dikti juga akan bekerja sama dengan Kemenkes. ’’Jika uji klinis dengan uji makaka bisa berjalan paralel, lakukan saja,’’ ujarnya.
Beberapa cara yang memungkinkan untuk akselerasi bisa dikerjakan. ’’Begitu juga dengan pendanaan, kami akan coba bantu percepatan. Saya akan berkoordinasi dengan LPDP (Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan) dan BRIN agar proses riset tidak terkendala administrasi pendanaan,” jelasnya.