JawaPos.com – Untuk menghentikan kecanduan merokok, seseorang biasanya melakukan usaha yang sulit. Sudah dicoba, namun tetap saja kecanduan lagi. Dalam pembahasan kajian produk tembakau altenatif pada Global Forum on Nicotine (GFN) yang diselenggarakan secara daring di Liverpool, Inggris, Kepala Eksekutif Jaringan Internasional Organisasi Konsumen Nikotin (INNCO) Chris Gardner menilai Inggris adalah negara yang berhasil memanfaatkan produk tembakau alternatif untuk menekan prevalensi perokok.
Inggris mendukung penggunaan produk tembakau alternatif setelah melakukan kajian ilmiah yang dilakukan Public Health England, Cancer Research UK, UK Royal College of Physicians dan Royal College of Midway. Dukungan tersebut pun diperkuat dengan regulasi.
“Produk tembakau alternatif jauh lebih rendah risikonya daripada rokok. Ini juga didukung penuh oleh pemerintah,” ujarnya baru-baru ini.
Anggota Parlemen Victoria dan Ketua Partai Reason Party, Fiona Patten, juga mengapresiasi dengan kebijakan Inggris terhadap produk tembakau alternatif. Mereka menggunakan produk tembakau alternatif dalam kampanye berhenti merokok.
“Bagi saya, itu adalah hal yang paling menyenangkan,” kata Fiona.
Sementara itu, Ketua Aliansi Vaper Indonesia (AVI) Johan Sumantri mengatakan penelitian terhadap produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan, sudah banyak dilakukan oleh lembaga riset independen, seperti akademisi dari sejumlah universitas dan lembaga ternama, baik dari dalam maupun luar negeri.
Namun, sampai saat ini, menurutnya pemerintah Indonesia belum juga terdorong untuk melakukan riset mandiri ataupun memberi dukungan terhadap peneliti dalam negeri yang sudah mempublikasikan kajiannya mengenai produk tembakau alternatif.
“Yang paling kami harapkan itu jelas satu, pemerintah membuat penelitian. Kajian yang dibuat oleh swasta dan perguruan tinggi sudah banyak, tapi kajian yang menyeluruh dari pemerintah belum pernah dibuat,” kata Johan.
Johan mengungkapkan hasil dari sejumlah kajian yang dilakukan oleh pihak swasta dan akademisi membuktikan bahwa produk tembakau alternatif memiliki profil risiko kesehatan 90-95 persen lebih rendah dibandingkan rokok. Contoh dari produk tembakau alternatif antara lain produk tembakau yang dipanaskan, vape, serta snus.
Dia khawatir pemerintah belum memiliki referensi yang sesuai dalam menyusun regulasi bagi produk tembakau alternatif. Sebab, kata dia, pemerintah tidak mungkin mengeluarkan kebijakan tanpa adanya kajian. Dengan adanya regulasi yang berbasis kajian ilmiah akan mendorong perokok dewasa beralih ke produk ini sebagai alternatif untuk berhenti merokok.
“Kami mendorong pemerintah meneliti dan paparkan kemudian buat kebijakannya berdasarkan riset yang akurat, itu yang kami harapkan,” kata Johan.