JawaPos.com – Indeks digital perempuan Indonesia tergolong rendah. Ketika pandemi melanda Tanah Air, tidak sedikit perempuan dan ibu rumah tangga sulit keluar dari kondisi ekonomi yang anjlok akibat pandemi.
Pendapat itu dikemukakan oleh Pembina lembaga kemanusiaan dan pemberdayaan masyarakat Indonesia Care Muchamad Bachtiar. Rendahnya indeks digital itu membuat para perempuan sulit untuk “naik kelas”.
Menurut Bachtiar, perempuan harus cakap dalam mengendalikan pengeluaran ekonomi keluarga. Solusinya dapat dengan membuat usaha.
“Ibu-ibu akan naik kelas kuncinya harus mengurangi pengeluaran, produktif, mau belajar, dan mulai bersosialisasi,” ujar Bachtiar di sela-sela diskusi virtual tentang pemberdayaan ibu-ibu prasejahtera yang digelar pada Minggu (1/8). Diskusi tersebut digelar oleh Pimpinan Pusat (PP) Wanita Perisai.
Ekonom IPB Prima Gandhi mengatakan, di tengah pandemi ini masyarakat harus mampu memanfaatkan peluang untuk menyokong ekonomi. Semenjak Covid-19 melanda global banyak kebijakan yang berimbas pada menurunnya perekonomian keluarga atau rumah tangga. Hampir semua lapisan yang merasakan dampak ekonomi dari pandemi covid-19.
“Bercocok tanam dengan memanfaatkan limbah rumah tangga adalah cara yang tidak begitu memerlukan modal yang besar. Cara ini bisa dipilih kaum ibu atau perempuan,” ujar Prima Gandhi.
“Prinsip pemanfaatan itu akan mendorong pemenuhan pangan keluarga, investasi masa depan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat” imbuhnya.
Ketua Umum PP Wanita Perisai, Mega Waty, mengungkapkan bahwa saat ini Wanita Perisai sedang konsen dalam kegiatan pemberdayaan kepada perempuan prasejahtera untuk tetap berdiri kokoh menjadi penyokong ketahanan pangan keluarga.
Baca juga: Candirenggo Jadi Perwakilan Kampung Damai di Jawa Timur
“Kami ingin para ibu-ibu berdaya. Kini ratusan ibu-ibu dampingan yang berupaya menanam tanaman pangan di rumahnya. Itu sudah membantu keluarga dalam ketahanan pangan. Apalagi sedang masa pandemi yang apa-apa serbasulit,” tandas direktur program Indonesia Care itu.