JawaPos.com – Masa perpanjangan PPKM untuk kali kedua akan berakhir hari ini (2/8). Belum ada kepastian dari pemerintah tentang kelanjutan kebijakan pembatasan tersebut.
Melihat berbagai indikator epidemiologis, pertumbuhan kasus positif memang belum pernah lagi melampaui puncak seperti pada 15 Juli, yakni saat pertumbuhan kasus mencapai 56 ribu. Beberapa hari terakhir, pertumbuhan kasus stabil pada angka 30–40 ribuan kasus baru per hari.
Angka kesembuhan per hari juga makin meningkat menjadi 30 ribuan per hari. Dalam hari-hari tertentu jumlah kesembuhan melebihi pertumbuhan kasus. Namun, angka kematian juga menunjukkan perkembangan yang mencemaskan. Saat ini pertumbuhan angka kematian harian tidak lagi turun di bawah angka 1.000 nyawa per harinya. Itu menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat kematian tertinggi di dunia.
Hingga tadi malam, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi yang menjadi leading sector penerapan PPKM darurat dan PPKM level 4 belum memberikan jawaban atas permintaan update PPKM level 4 yang berakhir hari ini. Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan pun belum mengeluarkan statemen apa pun.
Dengan kondisi selama masa PPKM, epidemiolog memperingatkan bahwa laju penularan di masyarakat hingga hari ini belum berhasil diperlambat secara signifikan. Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama, itu setidaknya terlihat dari tingkat kepositifan (positivity rate) yang masih tinggi. Selama satu bulan lebih menerapkan pengetatan atau PPKM, Indonesia belum berhasil menurunkan angka positivity rate ke batas aman yang ditentukan WHO, yakni 5 persen.
Yoga memaparkan, pada 3 Juli 2021 saat dimulainya PPKM, angka kepositifan totalnya adalah 25,2 persen. Jika murni didasarkan pada tes PCR/TCM maka menjadi 36,7 persen. Dibandingkan dengan menjelang masa akhir PPKM kemarin (1/8), positivity rate justru naik menjadi 27,3 persen yang jika dideduksi pada murni PCR/TCM menjadi 52,8 persen. ”WHO menentukan angka kepositifan di bawah 5 persen untuk menyatakan situasi sudah terkendali. Sedangkan angka Indonesia masih lima kali lebih besar dari patokan aman itu,” jelasnya.
Hal tersebut diperparah dengan angka tes dan telusur yang belum bisa bergerak naik dari angka 100–150 ribu per hari. Padahal, menurut saran para ahli, tes setidaknya harus mencapai 300–400 ribu orang per hari agar upaya menghadang persebaran virus bisa efektif.
Pada masa awal PPKM (3/7), jumlah tes adalah 110.983 orang dengan 157.227 spesimen. ”Hari ini (kemarin, Red) angkanya memang naik menjadi 112.700 orang. Pemerintah pernah menargetkan pemeriksaan 400 ribu sehari, yang jelas masih jauh dari tercapai,” terang Yoga.
Dari segi kasus kematian, pada awal PPKM ada 491 warga Indonesia yang meninggal dunia. Per 1 Agustus, angkanya naik menjadi 1.604 yang wafat. Sementara untuk pertumbuhan kasus, pada 3 Juli tercatat 27.913 kasus baru. Per kemarin, angkanya naik menjadi 30.738. ”Harus diingat bahwa pernah ada target agar sesudah PPKM angka dapat turun di bawah 10 ribu per hari, jadi masih jauh tampaknya,” jelas dia.
Pemerintah mengklaim telah mengamankan pasokan hingga 440 juta dosis vaksin.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, jumlah itu cukup untuk bisa mencapai kekebalan kelompok atau herd immunity. Namun, dia mengakui bahwa kedatangan vaksin tersebut tidak serentak. ”Kerja sama berbagai pihak sangat dibutuhkan dalam mempercepat program vaksinasi,” ungkapnya.
Pemerintah, kata dia, menjamin vaksin yang diberikan kepada masyarakat adalah vaksin yang aman, berkhasiat, dan halal. ”Vaksinasi tidak bisa berdiri sendiri, melainkan harus tetap disertai disiplin 3M dan penguatan 3T dalam melawan Covid-19,” ujarnya.
Kemarin (1/8) dan hari ini (2/8), Indonesia kedatangan vaksin Covid-19 dari Moderna dan AstraZeneca. Masing-masing sebanyak 3,5 juta dosis dan 620 ribu dosis. ”Insya Allah dengan terus berdatangan vaksin dari berbagai sumber ke Indonesia, kita dapat mempercepat program vaksinasi,” kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi kemarin.
Bulan ini, lanjut dia, akan ada serangkaian kedatangan vaksin Covid-19. Sejauh ini, dengan jalur Covax Facility, Indonesia telah menerima 19,7 juta dosis vaksin Covid-19.
Untuk penyuntikan vaksin secara global, Retno menyatakan masih ada kesenjangan. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun menyoroti hal itu. Retno mencontohkan, vaksinasi di kawasan Eropa dan Amerika Utara telah mencapai angka 80 persen dari total populasi. Di kawasan Afrika baru mencapai 4,6 persen. ”Untuk Indonesia sendiri saat ini Indonesia telah menyuntikkan 67.761.337 dosis atau sekitar 24,49 persen dari total populasi,” ungkapnya.
Di bagian lain, TNI dan Polri semakin gencar mempercepat vaksinasi. Kemarin Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo meluncurkan gerakan Vaksinasi Merdeka. Tujuannya, segara mencapai target vaksinasi 70 persen warga Indonesia. Gerakan Vaksinasi Merdeka itu dilakukan di DKI Jakarta mulai 1 hingga 17 Agustus. Rencananya, gerakan kerja sama dari Pemprov DKI Jakarta, Polda Metro Jaya, Kodam Jaya, satgas Covid-19, ikatan dokter, mahasiswa, dan relawan itu akan memvaksin 3.060.000 orang.
Sigit mengapresiasi semua elemen yang memiliki semangat untuk mempercepat target pemerintah membentuk herd immunity. Diharapkan, strategi percepatan vaksinasi semacam itu juga dilakukan di wilayah lain. ”Semangat ini harus muncul di semua wilayah,” tegasnya.
Menurut dia, percepatan vaksinasi harus menyentuh lapisan masyarakat hingga tingkat rukun tetangga dan rukun warga.
TNI juga melanjutkan kegiatan serbuan vaksinasi. Di Jakarta, TNI-AL memulai langkah untuk memvaksin pelajar lewat serbuan vaksinasi maritim TNI-AL go to school. Sasarannya pelajar di Jakarta Utara. ”Sesuai arahan presiden, panglima TNI, dan KSAL supaya memprioritaskan anak-anak sekolah,” ungkap Panglima Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) Laksamana Muda TNI Arsyad Abdullah. ”Saya optimistis bahwa herd immunity nanti dapat kita capai secara nasional dan sekolah tatap muka bisa segera dilaksanakan,” jelasnya.
Sementara itu, dalam waktu dekat, pemerintah mengampanyekan penggunaan masker dua lapis. Yakni, masker medis yang dipakai bersamaan dengan masker kain. Penggunaan masker semacam itu dipercaya bisa meningkatkan filtrasi virus hingga 80 persen.
Baca juga: Satgas Covid-19 Tulungagung Bubarkan Sejumlah Kegiatan Hajatan Warga
Jubir pemerintah sekaligus duta perubahan perilaku Reisa Broto Asmoro mengungkapkan, bersamaan dengan PPKM, pemerintah menyatakan dimulainya kebiasaan memakai masker ganda (double masking). ’’Filtrasi atau daya saring masker akan semakin tinggi,” jelas Reisa kemarin.
Reisa menjelaskan, penelitian Dr Emily Sickbert Bennet membuktikan bahwa filtrasi masker dobel naik hingga mencapai lebih dari 80 persen. Itu juga dikuatkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat.