JawaPos.com – Memasuki kuartal III-2021, tantangan Covid-19 di Indonesia kian membutuhkan upaya yang jauh lebih serius. Per 2 Agustus 2021, telah terdapat 3,4 juta kasus terkonfirmasi, dengan 535 ribu kasus aktif, dan kasus meninggal sebanyak 95,7 ribu.
Menyoroti hal itu, Sekretaris Jenderal Indonesian Youth Community Network (IYCN) Muhammad Fadli Hanafi mengatakan, kondisi ini harus menjadi sorotan bersama. Salah satu upaya utama yang telah diberlakukan yaitu berupa pembatasan aktivitas masyarakat mulai dari PSBB hingga PPKM.
“Pembatasan aktivitas ini memiliki tujuan utama untuk mencegah potensi penularan Covid-19 yang dapat bertransmisi melalui interaksi satu individu dengan individu yang lainnya,” ujar Fadli dalam keterangan tertulisnya pada JawaPos.com, Senin (2/8).
Di sisi lain, lanjut Fadli, upaya vaksinasi yang kian gencar dilaksanakan oleh pemerintah menemui tantangan yang cukup berat, selain daripada belum optimalnya distribusi, aspek ketidakpercayaan masyarakat terhadap vaksin juga menjadi kendala. Hasil survei BPS (2021) menemukan bahwa 20 persen masyarakat belum divaksin dikarenakan tidak percaya dan takut akan efek samping dari vaksin Covid-19.
“Sorotan terhadap kebijakan-kebijakan ini kian masif mengingat begitu besarnya dampak terhadap kelompok masyarakat yang berasal dari sektor penopang ekonomi Indonesia. Karena sejatinya sesuai data BPS 2020, ekonomi Indonesia ditopang oleh sektor usaha mikro, kecil, dan menengah, dengan kontribusi mencapai 60,34 persen,” ujarnya.
Oleh karena itu, pembatasan aktivitas masyarakat berdampak langsung terhadap kinerja perekonomian Indonesia, di mana hingga kuartal I-2021, kinerja ekonomi Indonesia masih mengalami kontraksi sebesar 0,74 persen.
Walaupun kontraksi ini menunjukkan trend perlambatan, prediksi Bank Indonesia menunjukkan ekonomi tumbuh positif, pertumbuhannya hanya akan mencapai kisaran 4,1 persen hingga 5,1 persen, lebih rendah dari prediksi sebelumnya oleh pemerintah pada kisaran 7 persen.
Merujuk kepada fakta-fakta di atas, Ketua Umum Indonesian Youth Community Network (IYCN) Fadli Rumakefing mengingatkan, bahwa bangsa ini sebetulnya arus segera terlepas dari dampak negatif Covid-19 ini.
“Karena kita punya mimpi besar untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Namun dengan kondisi saat ini bisakah kita tetap mewujudkan Indonesia Emas 2045 sesuai target setelah pulih dari Covid-19?” tanya Fadli.
Pertanyaan-pertanyaan mendasar semacam itu, menurutya, harus menjadi perhatian semua pihak, karena di masa pandemi ini, bisa survive saja sudah sangat bagus. Belum lagi proyeksi BPS (2020) yang menyebutkan bahwa setelah tahun 2030, dependency ratio Indonesia akan meningkat, yang bermakna upaya kita akan begitu berat di masa mendatang.
Lalu apa yang harus segera dilakukan? Jawabannya tentu adalah sembuh secepat mungkin, agar bisa recovery lebih cepat pula.
“Mari kita memulai dari peran bersama untuk lebih patuh pada protokol kesehatan, membatasi aktivitas jika tidak perlu, dan berperan strategis dalam mengedukasi masyarakat mengenai vaksin agar tidak hanya melindungi diri sendiri, namun juga melindungi orang-orang di sekitar kita,” ujarnya.
Kemudian, lanjutnya, terus meningkatkan empati kita kepada masyarakat sekitar. Hal itu bisa menjadi salah satu bentuk nyata yang dapat di lakukan dalam kondisi ini.
“Langkah kecil ini sangat konkrit dan bernilai tentunya. Dari sisi kebijakan pemerintah, efektifitas distribusi vaksin harus ditingkatkan, dengan mempertimbangkan bahwa ternyata masih ada wilayah di Indonesia yang kekurangan stok vaksin,” ujarnya.
Lebih lanjut, Fadli juga menyoroti tatak kelola komunikasi pemerintah. Ia berharap agar setiap kebijakan sebaiknya dikomunikasikan dengan lebih baik lagi, karena hanya dengan cara itulah pemerintah bisa mendapatkan kembali kepercayaan publik.
“Komunikasi itu penting sekali dalam konidisi krisis seperti ini. Apalagi di masa pandemi ini kita harus bisa mendapat info yang benar dan menenangkan. Saatnya bergerak secara bersama, tidak hanya pemerintah, tidak hanya masyarakat, tidak hanya pelaku usaha, namun semuanya harus bersatu bahu-membahu,” tuturnya.