JawaPos.com – Isolasi mandiri pasien Covid-19 umumnya berlangsung selama dua pekan. Dan sebagian dari mereka yang melakukan isoman di rumah mengalami perburukan. Sebagian pasien juga meninggal di rumah saat isoman.
Mantan Direktur WHO Asia Tenggara 2018-2020 dan pernah berkantor di New Delhi, India, Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan kematian akibat Covid-19 harus ditekan dan dikendalikan. Cara penanggulangannya harus berdasar analisa situasi yang ada, dan harus dilakukan dari hulu sampai hilir secara menyeluruh
“Semua perlu mendapat prioritas penting, we have to do it all,” katanya kepada wartawan baru-baru, Senin (2/8).
Baca Juga: Warga Isoman di Surabaya Mulai Tempati Rumah Sehat
Ia memberikan tips bagaimana cara isoman di rumah yang aman dan terhindar dari perburukan. Pada intinya, pasien harus diawasi oleh fasilitas pelayanan kesehatan.
1. Evaluasi
Pertama dan utama adalah evaluasi keadaannya secara rutin setidaknya dua kali sehari. Pantau kondisi diri.
2. Perhatikan Suhu dan Saturasi
Mulai dari suhu dengan thermometer, saturasi oksigen dengan oksimeter serta perubahan gejala yang terjadi, serta juga perubahan pada penyakit komorbid yang ada.
3. Dipantau Nakes
Adanya komunikasi dengan petugas kesehatan secara rutin, sebaiknya setiap hari. Ini dapat dilakukan dengan telpon/WA ke rumah sakit atau Puskesmas, atau lewat Telemedisin yang disediakan pemerintah, atau setidaknya selalu berkomunikasi dengan dokter atau petugas kesehatan lain yang dikenal.
4. Obat
Lalu penyediaan obat, baik obat untuk Covid-19 maupun juga sama pentingnya adalah obat untuk penyakit komorbid yang harus dikonsumsi. Penanganan komorbid sangat penting, kalau komorbidnya memburuk maka bisa memperburuk Covid-19 juga.
5. Nutrisi
Mereka yang isoman harus tetap menjaga pola hidup bersih sehat, selalu makan bergizi, melakukan aktivitas fisik, istirakat yang cukup serta mengelola stres dengan baik.
Pasien Kritis
Penanganan pasien gawat dan kritis di rumah sakit. Dalam hal ini perlu ketersediaan ruang isolasi, ICU dengan alat nya dan juga tentu obat. Seperti misalnya Tocilizumab, immunoglobulin intravena, atau antibodi monoklonal. Dan yang paling utama adalah peran sentral tenaga kesehatan yang harus mendapat perlindungan dalam melaksanakan tugasnya, jam kerja yang wajar, keamanan kerja dengan alat pelindung duri (APD) yang memberi proteksi maksimal, serta pemenuhan hak mereka dalam menjalankan tugas.