JawaPos.com – Beberapa rumah sehat di Surabaya Timur mulai ditempati warga yang menjalani isolasi mandiri (isoman). Kecamatan Tambaksari dan Gunung Anyar, misalnya, merujuk warganya sejak beberapa hari lalu. Satgas kampung tangguh pun bergantian ikut menjaga lokasi tersebut.
Pemkot Surabaya mengalihfungsikan beberapa sekolah menjadi tempat isoman. Hal itu didasari potensi munculnya klaster keluarga bila isoman dilakukan warga di rumah sendiri.
Berdasar pantauan Sabtu (31/7), beberapa rumah sehat difungsikan. Sejumlah orang masuk dan menjalani karantina di tempat tersebut. Misalnya, yang terlihat di SMPN 62 Surabaya, Kelurahan Gunung Anyar. Ada 11 orang yang sudah masuk ke rumah sehat tersebut. Beberapa bahkan masuk sejak empat hari lalu.
Warga yang isoman itu berasal dari empat kelurahan di Kecamatan Gunung Anyar. Di wilayah tersebut, memang tempatnya terpusat di SMPN 62. ”Untuk kapasitas total, ada 48 bed yang disediakan,” ujar Camat Gunung Anyar Maria Agustin Yuristina.
Dia menyatakan, memang pihaknya mengharuskan warga menjalani isoman di tempat tersebut. Semakin cepat isolasi, potensi penularan antar penghuni rumah bisa diminimalkan. ”Jadi, kami langsung berkoordinasi dengan puskesmas untuk merujuk warga ke sini. Kami ingin mempercepat pemutusan mata rantai persebaran Covid-19,” jelas Maria.
Pengoperasian tempat itu juga didukung empat kelurahan. Setiap hari mereka bergantian mengawasi dan memantau kondisi warga yang tinggal di sana.
Maria mengungkapkan, banyak warga yang tergerak untuk membantu. Bahkan, ada yang membawa peralatan elektronik untuk dipasang di sana. ”Ada TV, kipas angin, dan dispenser. Gotong royong warga sangat luar biasa di sini,” katanya.
Terpisah, dua rumah sehat di Kecamatan Tambaksari juga telah difungsikan. Yakni, di SDN Tambaksari 3 di Kelurahan Tambaksari dan SMPN 29 di Kelurahan Pacar Keling. Di dua lokasi itu, ada dua orang yang sedang menjalani isoman.
Camat Tambaksari Ridwan Mubarun menyatakan, warga yang menjalani isoman itu masuk sejak Jumat (30/7). Bahkan, di antara yang menjalani isoman, ada yang berstatus suami istri.
”Jadi, penghuni di SMPN 29 Surabaya itu suami istri. Sebelumnya, hanya suaminya yang positif. Lalu, kami lakukan tracing ke kontak erat. Ternyata istrinya juga positif, sedangkan anak-anaknya negatif,” jelas Ridwan.
Selama menjalani isolasi, kebutuhan mereka dijamin pemkot. Ada permakanan yang diberikan setiap hari. Lalu, kondisi setiap pasien juga dipantau. ”Nah, di sini warga setiap RW itu bikin jadwal sif. Mereka gantian menjaga tempat isolasi. Ini dilakukan atas inisiatif dan kemauan mereka untuk membantu pengoperasian rumah sehat di setiap kelurahan,” paparnya.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Rangkah Dwi Astuti Setyorini menjelaskan bahwa rumah sehat hanya menampung warga tanpa gejala hingga yang sangat ringan. Kalaupun ada gejala, paling hanya sebatas pilek. Selebihnya akan dirujuk ke tempat khusus sesuai dengan tingkat keparahannya.
Baca Juga: Samuel Hartono, Pemilik Showroom Disidang karena Jual Mobil tanpa BPKB
”Semua itu dilakukan atas rekomendasi puskesmas. Sebab, puskesmas sebagai triase, menentukan tempat seorang yang dinyatakan terpapar harus dirawat. Jadi, tidak bisa warga ujuk-ujuk langsung datang ke fasilitas itu. Harus ada rekomendasi dulu,” terangnya.
Di rumah sehat, visitasi bakal dilakukan sehari sekali. Mulai tensi, kadar oksigen tubuh, hingga keluhan lain. Pasien pun dibekali oksimeter untuk memantau kondisinya saat malam.