Beradaptasi dengan pandemi Covid-19 menghadapkan masyarakat pada perubahan-perubahan. Salah satunya bersekolah dari rumah alias pembelajaran jarak jauh (PJJ). Bukan proses yang gampang, tapi tidak mustahil untuk dijalankan.
—
Meisya Siregar merasakan betul perbedaan hari-hari sekolah pada masa lalu dengan saat pandemi ini. Jika dulu akun media sosial (medsos)-nya merekam momen mengantar sekolah atau persiapan sebelum berangkat sekolah, kini pemandangan itu tidak ada lagi. Meisya tidak sekadar mengantar atau membantu putra-putrinya bersiap sekolah, tapi juga terlibat dalam proses pembelajaran. Ya, menemani sekolah.
Aktivitas yang sudah lebih dari satu tahun Meisya jalani itu terkadang dibagikan melalui medsos. Tidak melulu foto hasil pembelajaran yang oke, tapi juga ada foto proses belajar. Meisya pernah membagikan foto si bungsu, Muhammad Bambang Arr Reybach, yang bersekolah ditemani sang suami. ”Kepala sekolah di rumah akhirnya turun gunung juga ikut nemenin anak lanang sekolah virtual,” tulis ibu tiga anak itu pada caption.
Layaknya banyak orang tua lain yang menceburkan diri pada urusan sekolah anak selama pandemi, Meisya pun terkadang kewalahan. Di balik senyum bahagia karena nilai bagus pada akhir semester, tidak sedikit tantangan yang harus dihadapi. Yang utama adalah kedisiplinan. Kadang tugas tidak selesai tepat waktu atau terlambat bergabung ke kelas daring.
Jika anak sampai bolos kelas daring, Meisya langsung turun tangan. ”Aku tanya ke anakku, kenapa? Misal sekolah terlalu kencang menekannya, aku kasih pengertian ke gurunya,” ungkap Meisya kepada Jawa Pos pada Selasa (27/7).
Informasi dari Meisya itu lantas menjadi masukan bagi guru dan pihak sekolah. Jika memang harus ada jalan keluarnya, mereka akan memikirkan solusi bersama. Sebab, tujuan mereka sama. Yakni, membantu anak-anak mendapatkan hak untuk memperoleh pendidikan. Meskipun, situasinya sedang tidak ideal.
Selain anak, Meisya memahami bahwa guru-guru pun tertekan. PJJ adalah hal baru bagi mereka. Tidak semua guru terbiasa dengan model kelas daring seperti itu. Kadang, guru terpaksa melonggarkan aturan karena sebagian anak tidak bisa memahami pelajaran hanya lewat Zoom atau aplikasi kelas daring yang lain. Transfer ilmu menjadi tidak lancar. Mau tidak mau, orang tua ikut menyempurnakan proses belajar anak.
Tugas-tugas juga menjadi perkara lain yang membutuhkan solusi. Karena setiap hari ada di rumah, anak-anak pun sangat rentan menjadi jenuh. Pelampiasannya adalah bermain. Jika tidak diawasi orang tua, bisa jadi waktu bermain itu bablas. Tugas-tugas pun terbengkalai.
Karena itu, menurut Meisya, komunikasi dua arah antara orang tua dan guru sangat penting. Setidaknya, jangan sampai load tugas kebanyakan atau malah tanpa tugas sama sekali. ”Jadi, mungkin ke depan harus pelan-pelan mendekati suasana seperti di sekolah,” kata istri Bebi Romeo tersebut.
Baca juga: Pandemi Buat Sekolah Sepi, Perlu Ada Perubahan Mindset Guru
—
MASUKAN ORANG TUA
- Guru/sekolah tidak membebankan terlalu banyak tugas.
- Guru/sekolah membuka peluang bimbingan tambahan di luar jam kelas untuk siswa yang ketinggalan pelajaran.
- Orang tua menyediakan ruang khusus untuk belajar di rumah.
- Orang tua menumbuhkan kebiasaan mempelajari materi secara mandiri untuk mendukung proses PJJ.
- Orang tua membantu menumbuhkan kedisiplinan pada anak.
Sumber: Wawancara Meisya dan Marcella