JawaPos.com – Perusahaan petrokimia, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) membukukan laba bersih setelah pajak pada semester I tahun ini sebesar USD 165 juta atau setara Rp 2,39 triliun (kurs Rp14.500 per USD). Angka itu naik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang justru mengalami kerugian bersih sebesar USD 40 juta.
“Kami senang untuk mengumumkan hasil solid yang berkelanjutan pada semester pertama 2021. Setelah awal yang kuat pada kuartal pertama, perseroan dapat memanfaatkan spreads produk yang sehat, keunggulan operasional yang berkelanjutan, dan ketahanan keuangan yang kuat,” ujar Direktur Chandra Asri Suryandi dalam keterangan tertulisnya, Jumat (30/7).
Suryandi menjelaskan, capaian laba tersebut didorong oleh pendapatan bersih sebesar USD 1,26 miliar atau naik 50 persen dari USD 839 juta pada semester I 2020. Sementara, EBITDA mencapai sebesar USD 275 juta atau naik signifikan dari USD 4,5 juta pada periode yang sama pada 2020.
Suryandi menjelaskan bahwa naiknya pendapatan hingga 50 persen terjadi akibat dari kenaikan harga jual rata-rata di semua produk Chandra Asri, terutama untuk ethylene, polyethylene, dan polypropylene. Sementara volume penjualan terus terjual habis.
Namun demikian, perseroan mencatatkan kenaikan beban pokok pendapatan sebesar 16,1 persen dari USD 851,7 juta menjadi USD 988,7 juta. Manajemen menyebut, naiknya beban pokok penjualan karena konsumsi bahan baku yang sedikit lebih tinggi, ditambah dengan kenaikan harga naphtha menjadi USD 577 per ton dari sebelumnya hanya USD 420 per ton.
“Kenaikan harga naphtha ini terjadi seiring dari harga minyak mentah Brent yang lebih tinggi dan naik sebesar 63 persen secara year on year (yoy) menjadi rata-rata USD 65 per barel dari sebelumnya USD 40 per barel. Perusahaan mempertahankan liquidity pool USD 1,2 miliar, termasuk USD 762 juta dalam bentuk kas dan setara kas pada akhir kuartal II 2021,” jelasnya.
Selain itu, lanjutnya, Chandra Asri juga telah mengurangi leverage dengan utang bersih terhadap EBITDA sebesar 0,3 kali (pada kuartal II 2020 sebesar 5,1 kali) dan mengurangi total utang menjadi USD 899 juta dari sebelumnya USD 945 juta di kuartal II 2020. “Selain itu, kami mendapatkan fasilitas kredit senilai Rp 5 triliun (USD350 juta) dengan Bank Mandiri yang semakin memperkuat struktur permodalan kami,” pungkasnya.