JawaPos.com – Para Tenaga Kesehatan di Kota Semarang, Jawa Tengah, melaporkan bahwa kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sejak 3 Juli telah memberikan dampak positif terhadap penurunan jumlah pasien Covid-19 baik yang melakukan rawat inap di Rumah Sakit dan Puskesmas maupun isolasi mandiri.
Laporan tersebut dihimpun secara langsung oleh tim Kantor Staf Presiden (KSP) yang melakukan verifikasi lapangan ke sejumlah lokasi di Semarang, pada Jumat (30/7).
Setelah melakukan verifikasi lapangan di beberapa lokasi di provinsi Banten pada Senin (26/7), tim ini juga akan melakukan serangkaian proses verifikasi lapangan dalam periode 7 hari di beberapa provinsi lain di Pulau Jawa.
“Hasil pemantauan lapangan kami di Semarang menunjukkan keberhasilan PPKM dalam menekan kasus Covid-19. Harapannya kurva pandemi bisa terus menurun, sehingga aktivitas ekonomi secara bertahap akan bisa berjalan kembali,” kata Tenaga Ahli Utama KSP Abraham Wirotomo dalam keterangannya, Jumat (30/7).
Namun Ia juga menambahkan bahwa disiplin protokol kesehatan tetap wajib dilakukan sekalipun ada penurun level PPKM di Semarang dan wilayah lainnya.
“Bagi yang bergejala sedang, sekarang jangan ragu ke rumah sakit karena ketersediaan tempat tidur masih memadai. Ini menjaga agar tidak ada kejadian pasien yang terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan,” katanya.
Ia juga mengimbau agar masyarakat tidak menimbun obat ataupun oksigen medis untuk kepentingan pribadi. “Lebih baik diberikan kepada yang membutuhkan, karena ikhtiar melawan Covid-19 adalah perjuangan bersama-sama seluruh elemen masyarakat,” imbuhnya.
Nur Dian Rakhmawati selaku Kepala Puskesmas Pandanaran, Semarang, mengatakan kepada tim KSP bahwa mobilitas masyarakat yang dibatasi oleh PPKM sangat berpengaruh dalam penurunan arus penularan Covid-19.
Sebelum PPKM, pihak puskesmas mengatakan setidaknya terdapat 300 pasien isolasi mandiri yang didampingi oleh pihak Puskesmas tersebut. Namun angka ini menurun menjadi sekitar 60 orang setelah PPKM diberlakukan oleh pemerintah di Jawa dan Bali.
Dian menambahkan bahwa Puskesmas tempatnya bekerja tidak memiliki fasilitas kesehatan yang memadai untuk merawat pasien Covid-19 dengan gejala berat. Oleh karenanya merujuk pasien Covid-19 ke Rumah Sakit terdekat menjadi satu-satunya pilihan.
Ia juga mengaku sempat dilanda stress akibat jumlah pasien Covid-19 yang terus berdatangan namun kapasitas fasilitas kesehatan sangat terbatas dan tidak mampu menyelamatkan semua nyawa.
“Prinsip saya adalah jangan sampai ada pasien isolasi mandiri (yang dipantau Puskesmas) meninggal. Namun jika kondisinya memburuk, hanya Rumah Sakit yang bisa merawat. Padahal saat itu semua Rumah Sakit sudah penuh.” tutur Dian.
Rumah Sakit tidak memiliki tempat tidur yang tersedia, pasien membutuhkan perawatan medis yang lebih intensif, sedangkan pihak Puskesmas tidak mampu menangani pasien, maka tidak jarang pihak puskesmas pun mengirim sang pasien ke Rumah Sakit terdekat beserta dengan tempat tidur dan tabung oksigen.
Situasi serupa juga dialami oleh Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) KRMT Wongsonegoro (RSWN) di Semarang sebelum pemerintah menerapkan kebijakan PPKM. Namun saat berkunjung ke RSWN, tim KSP tidak menemukan adanya antrian pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan situasi di Rumah Sakit cenderung kondusif.
“PPKM darurat menolong kami dalam memberikan perawatan. Jumlah pasien berangsur menurun. Sekarang ada 182 pasien covid, dari 528 di awal Juli,” kata dr. Susi Herawati, Direktur RSWN.
Lebih lanjut, Ia menjelaskan bahwa pada saat kasus Covid-19 di Indonesia mengalami lonjakan yang cukup tinggi pada pertengahan Juni hingga awal Juli lalu, pihak Rumah Sakit ini mengkonversi hampir 80 persen tempat tidurnya untuk penanganan pasien Covid-19, yakni 528 kasur di ruang inap dan 45 kasur di ruang ICU.
IGD yang mampu menampung sebanyak 60 pasien pun, sempat mengalami kelebihan kapasitas hingga tidak ada ruang tersisa. “Pada waktu itu, kami segera mengubah bangsal umum menjadi tempat penanganan Covid-19, sehingga pasien IGD bisa segera dipindahkan ke bangsal untuk perawatan lebih lanjut,” lanjut Susi.
Namun hal yang patut diapresiasi dari pihak RSWN adalah inisiatif untuk menyewa truk isotank untuk memenuhi kebutuhan oksigen medis yang mencapai 16 ton bagi ratusan pasien Covid-19 yang dirawat. Bahkan sejumlah pasien terdampak Covid-19 pun turut mengapresiasi upaya ini.
“Beberapa keluarga yang baru saja kehilangan anggota keluarganya karena Covid-19 sontak bertepuk tangan saat melihat kedatangan truk isotank ini. Mereka merasa lega karena kehadiran truk berisi pasokan oksigen itu berarti tidak akan ada lagi pasien Covid-19 yang meninggal karena kekurangan oksigen,” terang Philip Purwo Rahyono, Kepala Seksi Keperawatan RSWN.
Dalam verifikasinya ke Semarang, tim KSP memantau ketersediaan oksigen medis, pasokan vaksin serta obat terapi Covid-19 untuk masyarakat. Berdasarkan hasil pantauan, ketersediaan obat antivirus masih berada dalam status aman.
Selain itu, pasokan oksigen dalam tiga hari terakhir juga terlapor masih tersedia walaupun Kota Semarang sempat dilanda kekurangan pasokan oksigen medis selama 2 minggu lamanya. Namun, ketersediaan vaksin Covid-19 yang mulai menipis menjadi perhatian dan pasokan vaksin dari pusat Jakarta sangat diharapkan.