JawaPos.com – Baihaqi Nur Syihabuddin tentu belum mengerti tentang kondisi pandemi Covid-19 saat ini. Sebab, usianya baru beberapa hari. Namun, bayi laki-laki itu sudah merasakan dampak ganasnya virus tersebut. Kedua orangtuanya meninggal dunia setelah berjuang melawan Covid-19.
Bocah asal Desa Pinggir, Kecamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik, itupun tidak lagi bisa mendapat asupan air susu ibunya (ASI). Kini, bayi mungil tersebut diasuh oleh kakek dan neneknya, bersama dua kakaknya. Yakni, Elina Nuriyah Rahmatika, 14, dan Zairah Nur Afiyah, 10. Mereka semua telah yatim piatu.
Siti Nur Hasanah, sang ibu, berpulang setelah 11 hari melahirkan Baihaqi. Tepatnya, pada 4 Juli 2021 lalu. Perempuan berusia 37 tahun itu terpapar Covid-19. Sepekan kemudian, ayahnya yang bernama Basari, 45, juga menyusul. Rupanya Tuhan memiliki kehendak lain. Memanggil pasangan suami istri (pasutri) tersebut.
Shidiq Susanto, paman Baihaqi, menceritakan, sang ibu mereka itu sempat kesulitan mendapat perawatan. Maklum, belakangan hampir semua rumah sakit penuh. Namun, pada akhirnya, mendapat kamar dan menjalani perawatan medis. Hanya bertahan selama 13 hari. Lalu, berpulang.
“Saya yang merawat selama isolasi di rumah sakit. Kondisinya tidak kunjung membaik. Almarhumah (Siti Nur Hasanah, Red) tetap berjuang menjalani persalinan. Alhamdulillah, bayi yang dikandungnya sehat,” ujarnya.
Sepeninggal Siti Nur Hasanah, kemudian Shidiq kembali merawat Basari, suami adiknya. Kondisinya sama. Terkonfirmasi positif Covid-19. “Sebelum meninggal, dia sudah berpesan agar dimakamkan berdampingan dengan istrinya,” kata Shidiq.
Padahal, sejatinya Basari belum diberitahu oleh keluarga kalau istrinya sudah meninggal dunia. “Dia (Basari) cerita, bermimpi terus diajak istrinya pulang. Ternyata, itu merupakan firasat. Kini, anak-ananya menjadi tanggung jawab kita bersama,” ucap dia.
Kabar duka tersebut mendapat atensi Ketua DPRD Gresik M. Abdul Qodir. Kamis (29/7). dia menyempatkan diri untuk mendatangi keluarga bayi tersebut. Selain memberi bantuan, politikus PKB itu juga meminta agar para anak yatim piatu yang meninggal di masa pandemi Covid-19 mendapat jaminan dari Pemkab Gresik. ‘’Khususnya dalam hal pendidikan dan kesehatan,’’ ujarnya.
Qodir menyatakan, masa pandemi Covid-19 memang benar-benar sulit. Karena itu, semua elemen mesti bersama, gotong royong, bahu membahu, saling meringankan. ‘’Mulai pemerintah desa, pemerintah daerah, harus memastikan anak-anak ini bisa melangsungkan hidup,” ucap Qodir.
Kepala Desa (Kades) Pinggir Ainur Rofiq dan pengurus pemerintahan desa setempat pun sudah berkomitmen untuk mengawal dan memastikan Baehaqi dan kedua kakaknya mendapat jaminan yang layak. “Insya Allah, kami akan mengupayakan hak mereka. Kami telah berkoordinasi sesama perangkat. Untuk memastikan pemerintah hadir di setiap kesulitan warga,” tandasnya.
Cerita pilu pasutri yang meninggal terpapar Covid-19 tidak hanya dialami Basari-Siti Nur Hasanah saja. Awal Juli lalu, pasutri dari Desa Gredek, Kecamatan Duduksampeyan, juga kejadian serupa. Yakni, pasutri Fahrudin-Mazroatul Afiroh. Sang ibu juga dalam posisi hamil atau mengandung. Bahkan, jabang bayi di dalam kandungannya juga lebih dulu meninggal dunia. Keduanya, juga meninggal seorang anak yang masih SD. Mungkin juga ada beberapa kasus sama di tempat lain.
Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani sudah berkomitmen untuk membantu pendidikan anak yatim piatu tersebut. Bahkan, sampai sarjana. Bupati juga telah menginstruksikan kepala dinas pendidikan untuk mendata anak-anak yang ditinggal wafat orang tuanya setelah terpapar Covid-19. (yog)