Penyakit kanker masuk kategori mematikan. Bagi banyak orang, mendegar sakit kanker saja sudah menakutkan. Apalagi bagi mereka yang mengalaminya. Selain tentunya harus berjuang melawan penyakit, masalah psikologis juga kerap mendera. Itu pulalah yang menjadi tantangan Relawan Paliatif RSUD dr Soetomo. Khususnya di tengah pandemi seperti sekarang.

FAJAR ANUGRAH TUMANGGOR, Surabaya

PANDEMI Covid-19 yang masih mendera dunia membuat sejumlah pertemuan tatap muka batal dilakukan. Itulah yang dirasakan Relawan Paliatif RSUD dr Soetomo. Bila sebelumnya tatap muka, kini pertemuan antara relawan dan penderita kanker berlangsung lewat virtual. Sesuatu yang baru tentunya.

’’Ini memang perlu dibiasakan. Adaptasi baru,” kata Ketua Program Pengabdian Masyarakat Peningkatan Keterampilan Komunikasi Pendampingan Pasien Kanker Melalui Pelatihan Konseling pada Relawan Paliatif dr Agustina Konginan SpKJ (K) kemarin.

Dia mengatakan, komunikasi gaya baru perlu dilakukan kepada relawan untuk memahami pendekatan terbaik pada pasien kanker di tengah pandemi. ’’Bahkan, ini bukan saja untuk pasien. Tapi, juga keluarga. Sebab, mereka yang paling sering mendampingi mereka kan?” katanya.

Menurut Agustina, dengan kondisi yang lemah, pasien perlu mendapatkan kasih sayang dan perhatian lebih sebagai bentuk dukungan menjalani hari. Didampingi Departemen Psikiatri RSUD dr Soetomo, ada beberapa hal yang perlu dilakukan relawan dalam mendampingi pasien kanker. Mulai keterampilan berkomunikasi, intonasi, bahasa tubuh, hingga teknik konseling. ’’Dua di antaranya ialah mendengarkan dengan aktif dan merespons persoalan yang terjadi,” tutur dia.

Di bagian lain, manajemen stres para relawan penting dilakukan untuk tetap memberikan dukungan meski terdapat banyak kendala yang dihadapi. Misalnya, soal kepribadian pasien yang belum siap sedia hingga latar belakang pemahaman yang berbeda.

’’Karena itu, relawan ini perlu pendampingan dari kami,” tambahnya.

Satu hal lain yang penting, kata dia, ialah komunikasi kepada pasien harus tepat sasaran. Bisa jadi maksud relawan baik. Meski begitu, belum tentu tujuannya tercapai bila cara penyampaiannya tidak benar. ’’Maka, seorang relawan perlu mengerti pasien,” ungkapnya.

Berdasar data, setidaknya ada 50 relawan aktif dengan berbagai latar belakang pekerjaan yang tergabung dalam Relawan Paliatif tersebut. ’’Mereka menjadi tentor sekaligus teman diskusi pasien. Tak sekadar cerita soal penyakit, bisa juga pasien curhat masalah keluarga. Kami pun harus memberi solusi,” terangnya.

Koordinator Relawan Paliatif RSUD dr Soetomo Rudy Prins menerangkan, pandemi saat ini memberikan tantangan bagi relawan untuk tetap aktif dalam mendampingi pasien kanker. ’’Yang kami hadapi itu beragam. Anak-anak, remaja, hingga dewasa. Pendekatannya pun beda-beda,” paparnya.

Rudy mengaku sebenarnya tak tega melihat kondisi pasien. Selain terbatas mendapatkan pendampingan karena harus virtual, mereka juga dihadapkan pada permasalahan internal keluarga. Mulai minimnya dukungan hingga stereotipe yang berkembang.

Baca Juga: Perbandingan Kasus Covid-19 di Surabaya Raya Terkini

Dia menerangkan, sejauh ini kendala utama yang membuat pendampingan kurang maksimal karena hanya dilakukan virtual. ’’Jadi, kami memberikan pendampingan lewat media sosial ataupun telepon saja,” terangnya. Meski begitu, dia tetap memberikan waktu lebih kepada pasien dengan menjawab pertanyaan, baik seputar keluarga maupun penyakit yang diderita.

Seperti pasien, dia juga berharap pandemi bisa berakhir. Dengan demikian, pendampingan bisa dilakukan secara maksimal. ’’Di tengah pandemi seperti ini, kami menjaga diri sendiri dan orang lain. Jika kita bertamu, bisa jadi pasien terpapar korona. Idealnya saat ini ya harus dari virtual,” tambahnya.

By admin