JawaPos.com – Olimpiade Tokyo 2020 mungkin menjadi Olimpiade terakhir bagi Greysia Polii. Ya, ini merupakan Olimpiade edisi ketiga yang diikuti Greys, sapaan Greysia Polii.

Sebab, pada 11 Agustus mendatang, dia genap berusia 33 tahun. Tentu sangat berat jika dia harus berlaga di Olimpiade 2024 karena usianya tidak muda lagi.

Nah, pada partisipasi ketiganya di Olimpiade, Greys langsung membuat lompatan besar. Bersama pasangannya, Apriyani Rahayu, dia menorehkan sejarah bagi ganda putri Indonesia. Yakni, menggenggam tiket semifinal Olimpiade.

Sebagaimana diketahui, sejak Olimpiade resmi dipertandingkan pada 1992, raihan terbaik Indonesia di sektor ganda putri mentok hanya sampai perempat final (lihat grafis). Tentu saja Greys sangat termotivasi untuk mencatat histori.

”Setelah semua kerja keras yang kami lakukan dan kesabaran, bukan hanya dari kami, tetapi juga seluruh tim, kami sangat menunggu hal ini (lolos ke semifinal, Red),” kata Greys seusai laga.

”Sejak datang ke Jepang, kami hanya berpikir ingin tampil terbaik dan maksimal. Tidak pernah berpikir harus menjadi ganda putri pertama yang lolos semifinal Olimpiade atau mendapatkan medali Olimpiade,” jelas Apri, sapaan Apriyani Rahayu.

Di Olimpiade Rio 2016, Greys juga nyaris menembus semifinal. Saat itu dia masih berpasangan dengan Nitya Krishinda Maheswari. Sayangnya, laju mereka dihentikan Tang Yuanting/Yu Yang.

Namun, capaian itu masih lebih baik daripada Olimpiade pertamanya di London 2012. Bersama Meiliana Jauhari, dia didiskualifikasi karena terindikasi terlibat pengaturan skor.

Nah, pada semifinal besok (31/7), Greys/Apri berhadapan dengan ganda Korsel Lee So-hee/Shin Seung-chan. Kans untuk melenggang ke final terbuka lebar.

Sebab, Greys/Apri memiliki rekor pertemuan yang bagus dengan Lee/Shin. Greys/Apri masih unggul 5-2.

”Kami tahu kami memiliki beban dan tekanan. Tapi, kami tidak mau memikirkan hal tersebut dan mencoba untuk menikmatinya. Sebab, itu sangat memengaruhi pikiran kami,” ujar Greys.

Selain mencetak sejarah, pertandingan Greys/Apri melawan Du Yue/Li Yin Hui menjadi yang terlama dalam Olimpiade Tokyo 2020. Pertandingan kemarin berlangsung selama 100 menit. Greys/Apri akhirnya berhasil menang rubber game 21-15, 20-22, 21-17.

”Set kedua itu lepas karena kami terlalu terbawa permainan lawan. Kami menjadi terburu-buru dan selalu mati. Pada set ketiga, kami coba lagi dan yang penting harus konsisten,” tutur Apri.

Setelah pertandingan panjang itu, Greys/Apri terkena dehidrasi. Greys juga sempat mengalami masalah pada kakinya. Namun, dia menuturkan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

”Kaki tidak apa-apa. Sekadar kram. Lawan juga sama. Pemain muda atau pemain tua. Soalnya, sama-sama capek. Ini hal yang biasa,” jelas Greys kepada Tim Humas KOI.

By admin