JawaPos.com – Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) Universitas Airlangga (Unair) mendapatkan bantuan 40 bed dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur untuk pelayanan pasien Covid-19. Seluruh bed tersebut digunakan mengisi hall lantai 7 gedung RSKI untuk penambahan kapasitas perawatan Covid-19. Total, bed occupancy rate (BOR) RSKI mencapai 232 bed.

Direktur Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) sekaligus RSKI Prof dr Nasronudin SpPD-KPTI FINASIM mengatakan, RSKI memang sejak lama mengalokasikan hall lantai 7 gedung RSKI untuk penambahan kapasitas perawatan ketika sewaktu-waktu terjadi lonjakan kasus Covid-19. Namun, belum mampu direalisasikan. ”Niatan untuk memanfaatkan hall lantai 7 gedung RSKI untuk perawatan pasien Covid-19 sudah sejak lama. Namun, masih terkendala kurangnya fasilitas dan terbatasnya SDM (sumber daya manusia),” katanya kepada Jawa Pos.

Nasronudin menuturkan, adanya bantuan yang diberikan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menolong terwujudnya keinginan para pihak direksi RSKI untuk memanfaatkan hall lantai 7 sebagai ruang perawatan pasien Covid-19. ”Bagaikan tumbu oleh tutup, bantuan penambahan bed tersebut menggerakkan kami (pihak direksi RS, Red) untuk mereposisi hall lantai 7 RSKI yang semula untuk pertemuan dengan para pakar dari dalam maupun luar negeri menjadi ruang perawatan pasien Covid-19,” imbuhnya.

Hall tersebut dapat menampung 40 tempat tidur. Sejalan dengan hadirnya bed di hall lantai 7 RSKI, juga ada pemasangan teralis pada seluruh jendela. Hal itu dilakukan untuk menjaga dan mengantisipasi keselamatan dan keamanan pasien. ”Sebab, Covid-19 dapat memicu efek psikotoksik yang dalam hal ini pasien bisa melompat melalui jendela lantai 7,” jelasnya.

Nasronudin menambahkan, ruang hall tersebut juga langsung dipasang beberapa hepafilter untuk mempersempit ruang gerak virus yang tersebar, sekaligus membunuh virus tersebut. ”Ruangan mewah itu sebelumnya tersedia lampu-lampu lengkap. Seperti AC, 6 kamar toilet, dan 4 tempat wudu,” ungkapnya.

Selain itu, hall tersebut dipasangi dinding penyekat agar pasien satu dengan lainnya tidak saling terganggu. Begitu juga fasilitas ruang ganti tenaga kesehatan (nakes), ruang salat nakes, ners station, dan ruang antre juga disediakan dengan mereposisi ruang-ruang yang telah ada disamping hall. ”Ruang Irna hall lantai 7 tersebut juga dilengkapi robot RAISA untuk meringankan beban nakes, mengurangi potensi penularan, dan menghemat APD (alat pelindung diri),” ujarnya.

Selain menambah kapasitas ruang perawatan di hall lantai 7, lanjut dia, pihaknya menaikkan status ruang lantai 4A RSKI. Yakni, yang semula merupakan ruang isolasi kini dinaikkan statusnya menjadi ruang VIP dan VVIP high care unit (HCU) dengan kapasitas 25 tempat tidur. ”Lantai 3A RSKI juga kami transformasi dari ruang perawatan HIV&AIDS menjadi ruang perawatan Covid-19,” lanjutnya.

Nasronudin mengatakan, ruang perawatan HIV&AIDS akan difasilitasi di gedung non-Covid-19 di RSUA. Namun, tetap terpisah dengan pasien lain. Jadi, tidak saling terganggu karena gedung RSUA sebelumnya juga tersedia ruang isolasi. ”Jadi, semua pelayanan Covid-19 dan non-Covid-19 tetap berjalan seirama.,” urainya.

Dengan demikian, penambahan kapasitas ruang perawatan tersebut sekaligus melengkapi ruang perawatan Covid-19 yang ada sebelumnya. Saat ini, yang menjadi kendala adalah masalah SDM. RSKI mengalami defisit SDM. Dalam hitungan jam, dilakukan mobilisasi SDM dari RSUA non-Covid ke Gedung RSKI Covid-19. ”Begitu juga SDM IGD, ruang perawatan, dan kamar operasi,” ujarnya.

Nasronudin mengatakan, pihaknya pun melakukan rekrutmen tambahan lebih dari 100 SDM. Mereka yang sebelumnya mengirimkan berkas lamaran dipanggil untuk memenuhi kebutuhan nakes. Mulai dokter, perawat, transporter, sopir ambulans, hingga pemulasaran jenazah. Sampai Kamis (28/7), BOR RSKI terisi 89,4 persen.

 

 

By admin