JawaPos.com – Pemandangan mengharukan terlihat di penghujung laga perempat final nomor ganda putri bulu tangkis antara Chen Qing Chen/Jia Yi Fan (Tiongkok) versus Yuki Fukushima/Sayaka Hirota (Jepang). Qing Chen/Yi Fan, sang pemenang, menghampiri Fuku-Hiro untuk memberikan semangat dan penghiburan kepada keduanya.
Ada dua hal yang membuat kejadian ini begitu menyentuh hati.
Pertama, Fukushima/Hirota bermain dalam kondisi tidak 100 persen karena Hirota mengalami cedera lutut. Meski masih bisa bermain, namun pergerakannya tentu tidak seperti biasanya.
Hal ini pun dimanfaatkan Qing Chen/Yi Fan untuk meraih kemenangan atas pasangan tangguh Jepang tersebut. Sempat menang 21-18 di gim pertama, Fuku-Hiro tidak bisa berbuat banyak di dua gim selanjutnya.
Cederanya Hirota otomatis membuat Fukushima harus bekerja ekstra keras meng-cover lapangan. Hal ini akhirnya membuat tenaga keduanya terkuras. Mereka dipaksa menyerah 10-21 dan 10-21 di dua gim berikutnya.
Hirota pun tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Ia memeluk Fukushima lalu menangis tersedu-sedu di pundak rekannya itu. Fukushima pun turut menitikkan air mata. Keduanya larut dalam nelangsa akibat fakta pahit bahwa mereka sudah tidak bisa lagi berkompetisi di olimpiade yang digelar di rumah mereka sendiri.
Keharuan tidak berhenti di situ. Qing Chen/Yi Fan, tanpa terduga, menghampiri keduanya. Mereka memeluk dan juga menggenggam tangan Hirota dan mengusap punggung Hirota, mengisyaratkan bahwa keduanya memberikan semangat dan ucapan cepat sembuh.
Ini lah faktor nomor dua yang membuat kejadian ini begitu membuat bulu kuduk merinding.
Perlu diingat, Olimpiade Tokyo 2020 diadakan dalam kondisi pandemi Covid-19. Untuk menghindari penularan, para pemain yang biasanya berjabat tangan atau berpelukan sebelum dan seusai laga harus menghilangkan kebiasaan tersebut semata-mata demi keselamatan bersama.
Namun, Qing Chen/Yi Fan sepertinya tidak memedulikan hal itu. Keduanya menunjukkan gestur atlet kelas dunia yang luar biasa, walau dengan cara ‘melanggar’ protokol kesehatan Covid-19.
Pemandangan emosional tersebut bisa menjadi contoh kecil bahwa kawan dan lawan cuma sebatas papan skor belaka. Jadi, walau kondisi sedang pandemi, rasanya tidak salah-salah amat jika Qing Chen/Yi Fan yang tadinya begitu buas dan agresif di lapangan bisa berubah menjadi lemah lembut dan bersahabat kepada Fuku-Hiro ketika pertandingan usai.
Olahraga bukan cuma masalah siapa menang siapa kalah atau siapa juara siapa pecundang. Ketika sportmanship yang dilakukan Qing Chen/Yi Fan mampu diperlihatkan dengan lugas ke publik, itulah keindahan olahraga yang sesungguhnya.