JawaPos.com – Kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat selama PPKM darurat benar-benar berdampak pada sektor usaha transportasi. Operasional trayek cukup sepi pada pekan-pekan ini. Kondisi itu terlihat di dua terminal besar, Terminal Purabaya dan Terminal Tambak Osowilangun (TOW).
Rabu (28/7), misalnya, tidak tampak kerumunan calon penumpang di ruang tunggu. Jumlah armada bus di pintu kedatangan maupun gerbang keberangkatan hanya segelintir. ’’Praktis selama Juli ini operasional bus turun drastis,’’ kata Kepala Unit Terminal Purabaya Imam Hidayat kemarin.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Surabaya Irvan Wahyudrajad mengakui, sektor transportasi sangat terdampak langsung oleh pembatasan mobilitas. Di satu sisi, lanjut dia, ada hal positif karena kerumunan orang bisa dicegah untuk membendung Covid-19 di Kota Pahlawan. ’’Tapi, ini juga persoalan ekonomi,’’ ujarnya.
Dia pun sepakat kru bus yang terdampak pandemi bisa mendapat berbagai bantuan. Salah satunya bantuan subsidi upah (BSU) yang digulirkan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker). Setiap orang bisa memperoleh bantuan Rp 1 juta selama dua bulan atau Rp 500 ribu sebulan.
Menurut Irvan, kru bus menjadi pihak yang terdampak. Dia berharap pelaku transportasi bisa didaftarkan oleh perusahaan otobus masing-masing untuk mendapat bantuan. ’’Karena mereka bukan hanya warga Surabaya, jadi kita dorong perusahaannya untuk bergerak,’’ imbuh Irvan.
Dia menjelaskan, jumlah penumpang semakin turun sejak PPKM level 4 digulirkan. Pada Selasa lalu (27/7), misalnya, jumlah penumpang tercatat hanya 2.092 orang. Padahal, pada hari normal sebelum pandemi, jumlah penumpang harian di Terminal Purabaya sampai 29 ribu penumpang. Artinya, turun 92 persen.
Jumlah armada yang beroperasi juga semakin minim. Selasa lalu jumlah armada hanya tercatat 314 unit. Pada kondisi normal sebelum pandemi, jumlah armada tembus 1.500-an unit per hari. Kondisi lengang juga terlihat di Terminal TOW.