JawaPos.com – PT Astra International Tbk (ASII) mencatat pendapatan bersih sebesar Rp 107,39 triliun pada semester I 2021. Capaian pendapatan tersebut tumbuh sebesar 19,60 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 89,79 triliun.
Presiden Direktur Djony Bunarto Tjondro mengatakan, sebagian besar bisnis grup mengalami perbaikan pada semester pertama tahun 2021, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020 ketika grup menghadapi pembatasan-pembatasan bisnis yang signifikan terkait dengan penanggulangan pandemi Covid-19 pada kuartal kedua tahun 2020.
“Meskipun kondisi bisnis telah membaik, kinerja grup masih akan menantang hingga akhir tahun ini, mengingat kinerja bisnis dan kepercayaan konsumen masih akan terdampak oleh situasi pandemi Covid-19 di Indonesia yang sangat memprihatinkan akhir-akhir ini. Neraca keuangan dan posisi pendanaan grup tetap kuat,” ujarnya dalam keterangannya, Kamis (29/7).
Djony menyebut, laba bersih perseroan mencapai Rp 8,8 triliun pada semester I 2021. Realisasi laba bersih itu turun 22,38 persen dibandingkan semester I 2020 sebesar Rp 11,3 triliun.
Sedangkan laba bersih per saham tanpa memperhitungkan keuntungan penjualan saham Bank Permata tercatat Rp 218 pada semester I 2021. Laba bersih per saham ini naik 61 persen dari periode semester I 2020 sebesar Rp 137. Hal ini disebabkan kinerja divisi otomotif yang lebih baik.
Sementara, nilai aset bersih per saham pada 30 Juni 2021 sebesar Rp 4.012, meningkat 4 persen dibandingkan pada 31 Desember 2020. Kas bersih, tidak termasuk anak perusahaan divisi jasa keuangan grup, mencapai Rp 20,5 triliun pada 30 Juni 2021, dibandingkan Rp 7,3 triliun pada akhir tahun 2020, yang disebabkan oleh kinerja penjualan yang membaik, serta realisasi belanja modal dan keperluan modal kerja yang lebih rendah.
Jika volume penjualan terus membaik hingga akhir tahun, belanja modal dan modal kerja dapat mengalami peningkatan. Utang bersih anak perusahaan jasa keuangan grup Astra meningkat dari Rp 39,2 triliun pada akhir tahun 2020 menjadi Rp 41,2 triliun pada 30 Juni 2021.
Djony mengungkapkan, laba bersih dari divisi otomotif grup naik 362 persen menjadi Rp 3,3 triliun. Hal itu disebabkan karena dampak negatif pandemi terhadap kinerja divisi tersebut pada kuartal kedua tahun lalu dan langkah-langkah penanggulangannya, serta peningkatan volume penjualan pada semester pertama tahun ini, terutama pada segmen roda empat (yang diuntungkan oleh insentif sementara pajak penjualan barang mewah).
Berdasarkan pencatatan Gaikindo, penjualan mobil nasional naik 51 persen menjadi 393.000 unit pada semester pertama tahun 2021. Penjualan mobil Astra naik 50 persen menjadi 210.000 unit, dengan pangsa pasar stabil sebesar 53 persen.
“Delapan model baru dan enam model revamped telah diluncurkan pada semester pertama tahun 2021,” ucapnya.
Sementara berdasarkan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), penjualan sepeda motor secara nasional naik 30 persen menjadi 2,5 juta unit pada semester pertama tahun 2021. Penjualan sepeda motor Honda Astra naik 29 persen menjadi 1,9 juta unit dengan pangsa pasar yang stabil.
“Empat model baru dan tujuh model revamped telah diluncurkan pada semester pertama tahun 2021,” imbuhnya.
Kemudian, bisnis komponen otomotif grup dengan kepemilikan 80 persen, PT Astra Otoparts Tbk (AOP), mencatatkan laba bersih sebesar Rp 267 miliar dibandingkan rugi bersih sebesar Rp 296 miliar pada semester pertama tahun lalu, terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan dari segmen pabrikan (original equipment manufacturer) dan pasar suku cadang pengganti (replacement market).
Selanjutnya, laba bersih divisi jasa keuangan grup meningkat 2 persen menjadi Rp 2,1 triliun selama semester pertama 2021, disebabkan oleh peningkatan kontribusi dari bisnis pembiayaan konsumen dan asuransi umum. Lalu, laba bersih dari divisi alat berat grup, pertambangan, konstruksi dan energi naik 13 persen menjadi Rp 2,7 triliun, terutama disebabkan oleh peningkatan penjualan alat berat Komatsu dan menguatnya harga batu bara.
Selain itu, laba bersih dari divisi agribisnis grup meningkat 66 persen menjadi Rp 517 miliar, terutama disebabkan harga minyak kelapa sawit yang lebih tinggi. Divisi infrastruktur dan logistik grup mencatat laba bersih Rp 91 miliar, dibandingkan dengan rugi bersih sebesar Rp 88 miliar pada semester pertama tahun 2020, terutama disebabkan peningkatan kinerja dari bisnis jalan tol dan PT Serasi Autoraya (SERA).
Adapun, laba bersih PT Serasi Autoraya (SERA) meningkat sebesar 138 persen menjadi Rp 81 miliar, terutama karena meningkatnya penjualan mobil bekas, marjin operasi yang lebih baik, dan peningkatan jumlah kontrak sewa yang sedikit meningkat menjadi 23.000 unit.
Laba bersih dari divisi teknologi informasi grup menurun 13 persen menjadi Rp 14 miliar, terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan dari bisnis layanan perkantoran PT Astra Graphia Tbk (AG), yang 76,9 persen sahamnya dimiliki perseroan.
Terakhir, laba bersih dari divisi properti grup meningkat sebesar 17 persen menjadi Rp 83 miliar, terutama karena tingkat hunian yang lebih tinggi dan biaya operasional yang lebih rendah di Menara Astra.