JawaPos.com – Pengawasan donor plasma konvalesen kini diperketat. Hal itu menyusul adanya temuan calo donor plasma konvalesen kepada keluarga pasien. PMI Surabaya pun meminta masyarakat berhati-hati. Mengingat, para calo tersebut mematok harga cukup tinggi.

Temuan calo plasma konvalesen di PMI Surabaya terjadi beberapa minggu lalu. Modusnya, mencari pendonor yang dihubungkan kepada keluarga pasien. Transaksi pun dilakukan sepihak. Termasuk harga yang diberikan jauh dari biaya yang dipatok.

Kabag Pelayanan dan Humas PMI Surabaya dr Martono Triyogo mengatakan bahwa masalah tersebut sudah ditangani kepolisian. Menurut dia, transaksi itu jelas salah. Sebab, oknum calo tersebut aji mumpung ketika situasi darurat. Mereka mencari pendonor plasma konvalesen, lalu mengambil keuntungan.

Padahal, imbal balik itu dilarang. Bahkan, penerima donor kalau bisa jangan sampai tahu siapa yang memberi plasma konvalesennya. Khawatirnya, terjadi sesuatu yang tidak baik.

Martono mengungkapkan, setelah berhasil mencari pendonor, calo itu mematok harga yang cukup tinggi dibandingkan dengan PMI. Kisarannya Rp 4 juta–5 juta. ’’Biaya yang ditetapkan PMI hanya Rp 2 juta–2,2 juta,’’ ucapnya.

Harga tersebut hanya sebagai biaya ganti proses pengambilan plasma konvalesen. Terkait itu, PMI Surabaya langsung melakukan imbauan. Salah satunya memasang spanduk di luar halaman kantor PMI Surabaya.

Menurut dia, jika masyarakat butuh plasma konvalesen, seharusnya melalui dokter yang ada di rumah sakit. Kemudian, dokter tersebut menghubungkan ke PMI.

Karena permintaan yang meningkat, otomatis pasien harus menunggu antrean. Kemarin siang (28/7) jumlah antrean permintaan plasma konvalesen di PMI Surabaya mencapai 400 pasien. Satu pasien membutuhkan dua kantong. Artinya, butuh 800 kantong untuk mencukupi permintaan.

Sebab, jumlah pendonor belum sebanding dengan permintaan. Sehari permintaan bisa tembus 100 kantong. Sementara itu, jumlah yang donor hanya 30–40 orang atau sehari ada 80 kantong plasma konvalesen. ’’Karena itu, banyak pasien yang bawa pendonor sendiri,’’ kata Martono.

Sekretaris PMI Jatim Edi Purwinarto juga mengatakan, selain calo, ada penipuan transaksi plasma konvalesen bodong. Keluarga pasien diminta mentransfer belasan juta rupiah oleh seseorang. Oknum tersebut menjanjikan bisa mendapatkan plasma konvalesen. Ternyata, itu hanya akal bulus dan bohong. ’’Kasus ini terjadi di Sidoarjo,’’ terangnya.

Kasus semacam itu biasanya terjadi setelah ada posting-an keluarga pasien yang membutuhkan plasma konvalesen di medsos. Kemudian, oknum tersebut langsung menghubungi keluarga dari nomor telepon yang disebar. Begitu pun soal calo. Bisa jadi, mereka juga menyusup di beberapa grup medsos.

Peristiwa seperti itu dimungkinkan terjadi. Hanya, tidak semua masyakarat melapor. Sebab, mereka juga butuh plasma konvalesen. Karena itu, harga berapa pun dibeli. Bahkan, kata Edi, dirinya pernah melihat brosur berisi penyediaan plasma konvalesen. Harganya tentu di luar nalar, yakni sampai Rp 20 juta per kantong.

Baca Juga: Perbandingan Kasus Covid-19 di Surabaya Raya Terkini

Terkait itu, pihaknya berharap kepada masyakarat untuk mawas diri. Sebab tidak dimungkiri, berbagai modus seperti itu akan terjadi. Tujuannya meraup keuntungan di tengah situasi darurat. Kerena itu, jika mendapat tawaran plasma konvalesen yang harganya di atas patokan PMI, sebaiknya masyarakat melapor ke pihak berwajib. 

MENANGGUK UNTUNG SAAT DARURAT

– Calo menghubungi keluarga pasien dan menawarkan plasma konvalesen.

– Mereka memanfaatkan data yang tersebar di media sosial.

– Calo membawa pendonor dan melakukan transaksi sesuai kesepakatan.

– Calo juga menghubungi keluarga korban dan meminta transfer.

– Setelah ditransfer, calo langsung menghilang.

– Harga dibanderol Rp 4 juta–20 juta per kantong plasma konvalesen.

– Percaloan jarang terekspos karena sama-sama membutuhkan.

By admin