JawaPos.com – Traveloka berkolaborasi dengan Sahabat Pulau Indonesia, organisasi berbasis aksi kepemudaan yang berfokus pada masalah pesisir pantai, melakukan penanaman 10.000 bibit bakau di Pantai Batu Berang, Desa Mertak, Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB). Ini dilakukan bertepatan dengan Hari Bakau Sedunia.
Desa Mertak tercatat sebagai salah satu desa wisata dalam Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Mandalika, Lombok, serta daerah penyangga Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. Desa wisata ini menawarkan wisata bahari dan ekowisata dengan pantai, pegunungan, dan bakau sebagai objek wisata utama.
Namun, kondisi kawasan pantai di Desa Mertak beberapa tahun terakhir menunjukkan penurunan akibat terjadinya erosi dan abrasi.
Co-Founder Traveloka Albert dalam keterangan resminya mengatakan bahwa program penanaman bakau ini merupakan partisipasi aktif Traveloka dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan di Mandalika, khususnya Pantai Batu Berang, Desa Mertak.
“Program ini juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) nomor 14 tentang pengelolaan laut dan pesisir secara berkelanjutan. Dengan dilakukannya inisiatif untuk melestarikan lingkungan secara jangka panjang, kami berharap program ini dapat juga mendorong pertumbuhan ekonomi di Desa Mertak, secara khusus, serta Mandalika dan Provinsi NTB,” katanya.
Albert yakin, kelestarian dan keindahan alam menjadi daya tarik utama bagi industri pariwisata Indonesia. “Aset ini perlu kita jaga kelestarian dan kualitasnya untuk bisa terus menarik minat wisatawan serta menjadi nilai tambah yang bermanfaat bagi masyarakat lokal.” tutup Albert.
Program ini juga sejalan dengan misi Sahabat Pulau Indonesia untuk memulihkan dan melindungi hutan bakau. Indonesia memiliki hutan bakau terluas di dunia dengan total area mencapai 3,2 juta hektar atau 22,4 persen dari total luas bakau dunia. Hal ini menjadikan hutan bakau di Indonesia sebagai salah satu penopang terbesar dalam menjaga suhu bumi. Bertambahnya luasan bakau dengan penanaman yang masif dalam jangka panjang akan mampu memperbaiki kawasan pesisir pantai dan menjaga keseimbangan ekosistem biota bawah laut.
“Sahabat Pulau Indonesia hadir untuk berkontribusi menyelesaikan tantangan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat di kawasan pesisir di Indonesia dengan memanfaatkan teknologi dan metode pengajaran yang telah beradaptasi dengan protokol new normal,” ujar Noor Adrishya Aishvari, Pelaksana Tugas Direktur Sahabat Pulau Indonesia.
Selain itu, katanya, program ini dirancang sebagai program pendidikan lingkungan yang melibatkan eco warrior seperti para relawan, warga binaan, dan masyarakat umum untuk menjadi agen perubahan dalam mewujudkan kepedulian mereka terhadap lingkungan.