JawaPos.com – Jumlah anak yang terpapar Covid-19 di Kabupaten Sidoarjo cukup banyak. Sejak Maret 2020 hingga 20 Juli 2021 lalu, tercatat ada sebanyak 620 anak yang dinyatakan positif Covid-19. Rentang usia mereka 7–18 tahun.
Jumlah tersebut diprediksi terus bertambah. Sebab, hingga Selasa (27/7), masih ada anak yang menjalani isolasi mandiri (isoman) bersama keluarga. Ada juga yang tengah dirawat di rumah sakit.
Berdasar data dari dinas kesehatan (dinkes) tersebut, selama sekitar 16 bulan ada 620 anak yang terinfeksi virus korona. Jika dirata-rata tiap bulan, berarti yang positif Covid-19 mencapai 38 anak. Jumlah tersebut hanya mencakup anak usia 7 tahun ke atas. Untuk anak yang umurnya di bawah 7 tahun, juga ada yang terpapar Covid-19. ”Tapi, jumlahnya sedikit. Tidak signifikan,” kata Kepala Dinkes Sidoarjo drg Syaf Satriawarman SpPros.
Selain itu, kondisi kesehatan mereka cepat pulih. Ada beberapa anak yang kondisinya membaik dan tidak mengalami gejala dalam waktu kurang dari sepekan.
Menurut Syaf, belum ada kepastian tentang tempat anak-anak terpapar virus. Termasuk para pihak yang menularkan virus tersebut kepada mereka. Sebab, mobilitas anak masih terbatas. Sebagian di antara mereka belum datang ke sekolah. Masih mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ). Tapi, banyak juga anak-anak yang masih pergi ke tempat wisata atau pusat perbelanjaan bersama keluarga. Meskipun hanya sebentar dan tidak setiap hari.
”Dugaan sementara, mereka tertular dari keluarga. Mungkin orang tua yang masih aktif bekerja di luar rumah,” ujar Syaf. Terlebih, selama ini banyak kasus positif Covid-19 yang terjadi di lingkungan keluarga. Temuan paling banyak adalah klaster keluarga.
Sejak awal Juni lalu, jumlah anak yang terpapar Covid-19 lebih banyak daripada sebelumnya. Bahkan, RSUD Sidoarjo sempat merawat pasien anak hingga bayi di ruang isolasi. Jumlahnya mencapai 13 anak.
Kini jumlahnya telah berkurang. Menurut Wakil Direktur Pelayanan RSUD Sidoarjo dr Wasis Nupikso SpOG, sekarang jumlah pasien anak yang dinyatakan positif Covid-19 tidak sebanyak dulu. ”Ada dua pasien anak. Mereka dirawat di ruang isolasi,” katanya.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sidoarjo dr Eddy Santoso SSi menambahkan, selain orang dewasa, selama ini ada anak yang terpapar virus korona. Tapi, sebagian besar kondisi mereka cukup baik. Bahkan, ada yang tanpa gejala meskipun positif Covid-19. ”Laporan anak yang meninggal karena terpapar Covid-19 sementara belum ada,” ujar dia.
Bakal Tegur Sekolah yang Nekat PTM
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sidoarjo menegaskan, saat ini tidak ada pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah. Larangan tersebut sudah disampaikan ke seluruh sekolah. Bahkan, yang sifatnya simulasi pembelajaran offline dilarang digelar.
’’Sabar dulu, nanti setelah 2 Agustus, baru kami tinjau lagi seperti apa keputusan dari pemerintah pusat. Kalau saat ini, semua sekolah dilarang menggelar tatap muka,’’ terang Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo Asrofi kemarin. Dia menegaskan bahwa kegiatan apa pun yang digelar secara tatap muka di sekolah untuk saat ini masih dilarang. Baik ujian, pembelajaran, bimbel, maupun kegiatan baca tulis Quran. Semua harus via daring.
’’Kami juga sudah Zoom meeting dengan para pengawas. Kalau ada sekolah yang nekat menggelar tatap muka, kami minta untuk ditunda dulu,’’ kata mantan Kadishub itu. Jika ada yang ketahuan, tindakan awal adalah teguran lisan. ’’Jika masih tetap nekat menggelar, ada teguran tertulis,’’ terangnya.
Dia meminta para orang tua tidak khawatir. Sebab, selama PPKM, PTM belum digelar. Kalau menemui ada sekolah yang memasukkan murid, warga bisa melapor ke dinas. Pihaknya akan menindaklanjuti.
Sejumlah kekhawatiran dari orang tua memang sempat muncul. Alasannya, ada salah satu sekolah yang mewacanakan untuk memasukkan siswa. Nabila Q, salah satu wali murid, misalnya. Dia menceritakan anaknya yang bersekolah di salah satu SMP swasta di Buduran.
’’Saat ini saya sangat panik, sungguh sangat panik karena kondisi masyarakat di lingkungan kami 80 persen terpapar Covid. Namun, di tengah kondisi seperti ini, sekolah meminta kehadiran untuk datang baca tulis Quran (BTQ) setiap hari,’’ keluhnya.
Kegiatan berlangsung dari Senin sampai Kamis mulai pukul 07.00. Sebagian belajar di sekolah dan sebagian di musala dekat sekolah tanpa menggunakan seragam. ’’Kegiatan sekolah seperti ini, di mana situasi dan kondisi Covid saat ini sangat menakutkan,’’ katanya. Dia meminta dinas terkait bisa segera menertibkan. Mendengar keluhan tersebut, Asrofi berjanji menindaklanjuti.