Daun kelor kaya manfaat. Namun, ia lebih terkenal karena bisa mengusir setan. Pandangan itulah yang ingin diubah Krishnayana. Bocah kelas IV sekolah dasar (SD) tersebut getol mengedukasi dan membagikan bibit kelor kepada warga.

GALIH ADI PRASETYO, Surabaya

TERHITUNG sudah lebih dari 2.000 bibit pohon kelor dibudidayakan Krishnayana di rumahnya. Siswa kelas IV SDN Pacar Keling V itu memang begitu getol mengubah persepsi kebanyakan masyarakat. Kelor tersebut kaya manfaat, tapi belum banyak digunakan.

Hal itu dia alami sendiri. Tetangga rumahnya punya pohon kelor yang cukup tinggi sekitar 2 meter. Daunnya lebat dan hijau. Sayangnya, pohon tersebut akan ditebang, dianggap tidak ada manfaatnya lagi.

’’Pas lewat depan rumahnya tidak sengaja dengar, kata pemiliknya kelor itu tidak bisa dibuat apa-apa. Cuma dibuat mandikan jenazah tok dan sayur bening. Bilang begitu orangnya,’’ kata Krishna, sapaannya.

Gayung bersambut. Saat itu, Krishna memang sedang pusing mencari ide untuk ikut lomba Pangeran dan Putri Lingkungan Tunas Hijau. Rasa penasarannya tinggi. Dicarilah manfaat lain daun kelor itu. ’’Ternyata, manfaatnya sangat banyak. Bukan untuk hal-hal mistis saja. Banyak kandungan antioksidan, polifenol, dan vitaminnya,’’ kata bocah kelahiran Surabaya, 5 Oktober 2010, tersebut.

Dia pun mulai melakukan riset dengan didampingi gurunya, Dian Oktavia. Kemajuan teknologi banyak membantunya. Referensi digital dicari, mulai Google, YouTube, hingga berbagai media sosial.

Pohon kelor yang hanya sedikit jumlahnya menginspirasi Krishna untuk membudidayakannya. Memanfaatkan barang-barang bekas seperti gelas plastik yang dia kumpulkan. Dalam waktu sebulan, 500 bibit terkumpul. ’’Dibagi ke tetangga yang minta. Aku tanam juga di lahan fasum dekat rumah. Kemudian ke kampung adopsi, lokasinya di Kalikepiting Bhaskara RT 12,’’ katanya.

Kini budi daya itu terus dia lakukan. Hingga kini sudah ada lebih dari 2.000 bibit. Saat menyalurkan bibit tersebut, Krishna juga memberikan pengetahuan kepada warga. Mulai cara pemanfaatan hingga perawatan. Agar daun yang dihasilkan bagus kualitasnya.

’’Sekarang sudah banyak yang bisa dipanen. Orang-orang sudah tahu manfaatnya, jadi dipanen terus. Karena panen kelor tidak boleh sembarangan, aku kasih tahu juga caranya,’’ ujar putra pertama pasangan Adi Sugianto dan Murniati itu.

Baca Juga: Wali Kota Surabaya: Setiap Hari Seribu Orang Sembuh dari Covid-19

Hampir semua kegiatan tersebut dilakukan sendiri oleh Krishna. Mulai penanaman hingga perawatannya. Dia juga mengambil daun-daun yang sudah menguning dan diolah menjadi pupuk tanaman melalui lubang biopori.

Krishna menceritakan, kelor pun dapat diolah menjadi berbagai makanan. Salah satu yang dia buat adalah boba kelor. Lalu, ada puding hingga nugget.

By admin