JawaPos.com – Remdesivir, obat antivirus, telah membantu dalam penanganan pasien yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19 sejak tahun 2020. Obat ini juga disetujui oleh BPOM AS (FDA) untuk diberikan secara intravena lewat injeksi di RS. Kini para peneliti memodifikasinya untuk diberikan secara oral atau pil.
Laporan Science Daily, selama awal pandemi, Remdesivir diuji sebagai pengobatan potensial dan terbukti secara terukur mengurangi waktu pemulihan untuk pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit. Pada kuartal terakhir tahun 2020, Food and Drug Administration (FDA) mengizinkan penggunaan obat tersebut.
Saat ini, Remdesivir, seperti yang dijelaskan oleh National Institutes of Health, perlu diberikan secara intravena, di rumah sakit untuk pasien Covid-19 yang agak parah atau lanjut. FDA telah mengizinkan penggunaan obat hanya untuk pasien dewasa dan anak-anak yang berusia 12 tahun ke atas.
Nukleosida Remdesivir: Remdesivir Versi Terbaru
Dilansir Science Times, dalam sebuah penelitian, Rethinking Remdesivir: Synthesis, Antiviral Activity and Pharmacokinetics of Oral Lipid Prodrugs, diterbitkan dalam Antimicrobial Agents and Chemotherapy, University of California San Diego School of Medicine, para peneliti menggambarkan penelitian sel dan hewan menunjukkan bagaimana modifikasi lipid dari nukleosida Remdesivir dapat meningkatkan kemanjuran dan toksisitas obat dibandingkan dengan Remdesivir yang sekarang tersedia.
Menurut salah satu penulis studi Robert Schooley, profesor kedokteran MD di UC San Diego School of Medicine, meski pengembangan vaksin Covid-19 memiliki efek besar pada pandemi, virus terus menyebar dan menyebabkan penyakit terutama di antara mereka yang belum divaksinasi. Sang profesor menambahkan, dengan pengembangan varian virus yang lebih menular, pasien bisa jatuh sakit apalagi dengan komorbid. Dia juga mengatakan kebutuhan akan obat antivirus yang efisien dan dapat ditoleransi dengan baik yang dapat diberikan kepada pasien dengan risiko besar untuk infeksi parah.
Cara Kerja
Nukleosida Remdesivir dapat diminum secara oral, tetap utuh dan bioaktif dalam tubuh setelah diserap dari sistem pencernaan. Schooley menjelaskan, Covid-19 adalah penyakit dua tahap yakni pertumbuhan virus yang cepat terjadi segera setelah infeksi. Lalu juga dapat merangsang respons imun yang salah arah yang mengarah ke radang radang paru-paru pada pasien yang tidak sehat.
“Untuk pengobatan antivirus menjadi sangat efektif, perlu diberikan pada awal infeksi sebelum fase inflamasi penyakit mengarah ke rawat inap,” katanya.
Senyawa tersebut diformulasikan sebagai pemberian oral, cepat diserap dari saluran pencernaan, dan melewati hati di mana sebagian besar toksisitas Remdesivir terdeteksi. Agar Remdesivir menjadi aktif, diperlukan modifikasi oleh beberapa enzim. Metabolisme kompleks ini mungkin menambah aktivitas antivirus yang bervariasi, belum lagi toksisitas pada berbagai jenis sel.
Efek samping dan kekurangannya yakni Remdesivir efektif pada sel paru-paru, namun kurang efektif pada organ lain. Lebih dari itu, jika berlebihan dikonsumsi akan beracun di sel-sel hati. Berdasar itu, dokter harus membatasi jumlah obat yang diberikan kepada pasien.