beritaterkini.co.id-DENPASAR | Pura Botoh terletak di Jalan Tukad Melangit, Banjar Antap, Desa Pakraman Panjer, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali. Walaupun namanya adalah Pura Botoh, tetapi Pura ini bukan khusus bagi kalangan bebotoh atau penjudi.

Hal tersebut dikatakan Penglingsir Pura Botoh I Gusti Ngurah Ketut Adi Kertiyasa, S.H., saat dikonfirmasi awak media, Minggu, 23 Juni 2024.

Disampaikan, bahwa
Pura Botoh termasuk Pura Dang Kahyangan. Sementara, sejarah Pura Botoh tidak terlepas dari perjalanan Dang Hyang Bang Manik Angkeran yang melakukan perjalanan suci dari Pulau Jawa menuju Gunung Tohlangkir atau Gunung Agung, Besakih.

“Sejarah Pura Botoh ini sesuai Purana yang tersimpan di Gedong Penyimpenan yang diceritakan kisah perjalanan Dang Hyang Bang Manik Angkeran menuju Besakih,” ungkapnya.

Selanjutnya, Dang Hyang Bang Manik Angkeran menancapkan tongkatnya, yang kemudian keluarlah sinar Merah kekuning-kuningan, sehingga sinar itulah yang dikatakan sebagai Sinar Botoh. Maka mulai saat itu, tempat yang ditancapkan tongkat tersebut tumbuh pohon beringin, yang kemudian dinamakan Pura Botoh hingga saat ini.

Tak hanya itu, Pura Botoh di tempat ini diyakini tenget atau sakral, yang sesuai Bhisama dinyatakan Dang Hyang Bang Manik Angkeran mengambil teteken dan memotong kayu tersebut, yang kemudian ditancapkan di tempat ini. Setelah itu, keluarlah Sinar Botoh yang berarti bobot yang berada didalam Angga Sarira Manik Angkeran, yang kemudian menuju Goa Raja, Besakih untuk bertemu Naga Basuki.

“Jadi, Pura Botoh sebagai tempat stana dari Dang Hyang Bang Manik Angkeran beserta dengan keturunannya, yakni Ida Bhatara Bang Banyak Wide atau Arya wang Bang Pinatih, Ida Bhatara Bang Tulus Dewa atau Arya wang Bang Sidemen, Ida Bhatara Bang Waya Biya atau Arya Wang Bang Waya Biya dan Ida Bhatara Sira Bang Agra Manik atau Sira Agra Manikan,” paparnya.

Patut diketahui, Pura Botoh dipugar pada tahun 2000. Namun, sebelum berdiri megah seperti sekarang ini, Pura Botoh terbelangkai selama hampir 350 tahun lalu, yang hanya berupa Gegumukan, sekitar tahun 1670.

“Barulah tahun 2001, lanjutnya Pura Botoh direnovasi dengan membangun beberapa pelinggih, lalu pada purnama ketiga tahun 2002 dilaksanakan Upacara Melaspas Lan Ngelinggihang Ida Bethara,” ungkapnya.

Sementara itu, beberapa pelinggih berada di areal Pura Botoh, dimulai dari jaba sisi terdapat pelinggih Ratu Niang Bethari, pelinggih Ratu Gede Dalem Peed, Pengadang-Ngadang, kemudian ke Jaba Tengah hingga Jeroan, ada pelinggih Naga Tiga hingga pelinggih Putra Manik Angkeran maha Catur meliputi Dang Hyang Bang Banyak Wide atau Arya Wang Bang Pinatih, Ida Bhatara Bang Tulus Dewa atau Arya Wang Bang Sidemen, Ida Bhatara Bang Waya Biya atau Arya Wang Bang Waya Biya dan Ida Bhatara Sira Bang Agra Manik atau Sira Agra Manikan.

“Nah, ada juga pelinggih Ida Bhatara Dang Hyang Siddhi Mantra, Ida Bhatara Dang Hyang Bang Manik Angkeran, pelinggih Ida I Gusti Ayu Pinatih, pelinggih Ida Ranggalawe, pelawatan Dalem Sidakarya hingga pelinggih Dalem Peed,” urainya.

Menariknya, sebelum “Nangiang” atau dipugar Pura Botoh ini memiliki sejumlah keunikan-keunikan tersendiri yang hingga kini diyakini masih sangat disakralkan dengan ditemukan ratusan jinah bolong.

“Saat dipugar Pura Botoh, ada ditemukan dibawah pohon beringin ratusan jinah bolong yang dinilai sakral dengan pengambilan dari pagi sampai sore hari, baru bisa diambil,” jelasnya.

Selain itu, juga ditemukan keunikan lainnya, saat banyak pemedek yang tangkil ke Pura Botoh untuk Nunas Tamba dan Nunas Ica memohon kesehatan, kesembuhan dan kerahayuan jagat.

“Banyak juga datang Jero Dasaran kesini, untuk Nunas Ica, agar labda karya jalannya upacara,” ungkapnya.

Sebagai salah satu Warih Ida Bethara Dang Hyang Bang Manik Angkeran, Penglingsir Pura Botoh mengakui adanya prosesi Mendak Ida Bethara Dang Hyang Bang Banyak Wide dari Biting ke Bali dengan upacara Menawa Sudha.

“Karena dulu dalam sejarah itu, Ida Bethara Dang Hyang Bang Banyak Wide ini belum pernah ke Bali. Untuk itu, dibuat upacara Menawa Sudha di hutan Segara Rupek dilakukan selama 7 hari. Setelah itu, barulah melinggih disini,” paparnya.

Mengenai Pujawali, lanjutnya dilakukan setiap tahun sekali, tepatnya jatuh pada Purnama Ketiga, pada akhir Agustus atau awal September.

“Selain Warih Ida Bethara Dang Hyang Bang Manik Angkeran, juga banyak umat lainnya tangkil ke Pura Botoh, untuk Nunas Ica memohon kepada keselamatan dan kerahayuan,” tambahnya. (red/kyn).

Artikel Pura Botoh Bukan Bebotoh, Begini Sejarah Beserta Sejumlah Keunikan Tersendiri pertama kali tampil pada Berita Terkini.

By admin