JawaPos.com – Perjuangan Pitha Haningtyas Mentari di Swiss Open kali ini sungguh berat.

Pasangan Rinov Rivaldy di sektor ganda campuran itu sempat ingin mundur dari turnamen. Namun, nasihat sang ayah membuat Pitha memilih bertahan.

Pitha Haningtyas Mentari langsung berjongkok. Dua telapak tangannya menutupi wajah.

Tangisannya pecah. Momen itu terjadi setelah dia bersama Rinov Rivaldy menuntaskan pertandingan pertamanya di Swiss Open melawan Dejan Ferdinansyah/Gloria E. Widjaja.

Rinov/Pitha menang dengan skor (14-21, 21-16, 21-11) di St. Jakobshalle, Basel, Swiss, Rabu (22/3).

Gloria yang melihat juniornya menangis langsung memberikan pelukan dan mengusap kepala Pitha. Tujuannya, menguatkan. Ya, laga tersebut memang begitu berat bagi Pitha.

Partai pertamanya di Swiss Open itu berlangsung hanya beberapa saat setelah dia mendengar kabar duka Senin (20/3) bahwa sang kekasih sesama anggota Pelatnas PBSI, Syabda Perkasa Belawa, meninggal dunia karena kecelakaan.

Kabar yang memilukan itu membuat Pitha syok. Dia sebetulnya ingin mundur dari Swiss Open. Hal tersebut disampaikan sang ayah, Sutiyo.

”Ya, awalnya dia pengin pulang. Terus aku kasih pemahaman cukup lama,’’ kata Sutiyo kepada Jawa Pos.

’’Dalam kondisi mental yang terguncang tidak bagus dalam kesendirian. Nanti malah semakin mendalam kesedihan itu,’’ lanjut Sutiyo.

Oleh sebab itu, Sutiyo menyarankan agar sang anak tetap bertahan di Swiss. Apalagi, di sana banyak teman dari Indonesia yang juga ambil bagian di turnamen Super 300 tersebut.

”Ada yang menemani. Jadi, akhirnya dia mau ikuti saran ayahnya,’’ tuturnya.

Di Swiss Open itu, penampilan Pitha dan Rinov justru menunjukkan progres. Setelah mengalahkan Dejan/Gloria, mereka lalu sukses menundukkan wakil Denmark Mathias Christiansen/Alexandra Boje (25-23, 21-19) di babak 16 besar.

Hal itu berbeda ketika tampil di All England sebelumnya. Rinov/Pitha harus terhenti di babak pertama setelah kalah oleh andalan Malaysia Tan Kian Meng/Lai Pei Jing (19-21, 18-21) di Utilita Arena, Birmingham.

Lantas, apa yang membuat Pitha begitu tegar dan bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya?  Padahal, dia harus bertanding dengan kepedihan mendalam?

’’Ya, aku sampaikan ke dia (Pitha). Kalau kamu merasa kehilangan almarhum (Syabda), kamu berikan prestasi terbaik untuk dia. Agar dia tersenyum di alam sana. Bahkan, dia akan bangga meskipun sudah tidak di alam dunia,’’ sebutnya.

Sutiyo pun tak pernah absen memantau anaknya selama di Eropa. Khususnya di Swiss Open ini yang menjadi ujian berat bagi sang putri.

’’Alhamdulillah, lambat laun kesedihan mulai mencair,’’ ungkapnya.

Rencananya, Pitha bersama Rinov terus melanjutkan tur Eropa. Sebab, mereka dijadwalkan tampil di Spain Masters (18–24 Mei) dan Orleans Masters (4–9 April).

Sutiyo terus memberikan saran kepada Pitha selama berada di Benua Biru.

”Kalau kamu lagi ingat (Syabda), aku suruh ambil wudu, salat dua rakaat, dan mengirimkan surah Al Fatihah ke almarhum biar tenang di alam kuburnya,’’ ujarnya.

 

By admin