Kejar Ranking agar Bisa ke Turnamen Bareng Nata

Sang ayah yang menjadi pendorong utama Syabda Perkasa Belawa menekuni badminton. Dikenal tekun, tangguh, dan tidak mudah menyerah.

AHMAD KHAIRUDIN, SragenRIZKY AHMAD FAUZI, Jakarta

FITRIANA masih ingat betul hari-hari itu. Hari-hari ketika dia kerap mengantar dan menemani sang sepupu, Syabda Perkasa Belawa, berlatih bulu tangkis di Jakarta.

“Bakat Syabda di bulu tangkis itu memang sudah terlihat sejak kecil. Usia 4–5 tahun dia sudah senang sekali pegang raket,” kata Fitriana, 38, kepada Jawa Pos Radar Solo kemarin (20/3).

Fitriana merupakan keponakan Muanis, ayah Syabda.

Saat Syabda mulai getol berlatih bulu tangkis, Fitriana yang ketika itu masih melajang tinggal serumah dengan Muanis sekeluarga di Kota Bekasi.

Kegemaran pemain kelahiran Jakarta, 25 Agustus 2001, itu pada badminton tak bisa dilepaskan dari sosok sang ayah. ’’Ayahnya sangat suka dengan bulu tangkis,” tuturnya.

Intensitas Fitriana yang kini tinggal di Masaran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, bertemu dengan sang sepupu semakin berkurang ketika Syabda bergabung dengan PB Djarum. Apalagi ketika pemain tunggal putra tersebut masuk Pelatnas Cipayung.

Paling saat Lebaran, satu keluarga besar bisa berkumpul. Pada saat seperti itu, Syabda bersama ayah, ibu, kakak, serta adiknya memang biasanya mudik ke Sragen. Sebab, ayah-ibunya asli dari kabupaten yang berbatasan dengan Jawa Timur tersebut.

Meski jarang bertemu dan sudah berstatus pebulu tangkis nasional, Syabda di mata Fitriana tetaplah Syabda yang biasa dia antar latihan dulu. ’’Anak yang pendiam, namun murah senyum. Dia juga pekerja keras dan nurut orang tua,” katanya.

Begitu pula Syabda di mata sahabat terkaribnya, Cristian Adinata. Nata, panggilan akrabnya, mengenang rekan sekamarnya di Pelatnas Cipayung itu sebagai sosok yang tangguh dan tekun serta selalu mendatangkan keceriaan. Baik ketika latihan maupun di luar latihan.

’’Kenangannya setiap hari, waktu latihan, waktu bertanding. Susah senang bareng-bareng itu bagi saya nggak bisa saya lupain,’’ ujarnya kepada Jawa Pos kemarin.

Nata lahir di tahun yang sama dengan Syabda: 2001. Kalau Syabda yang dilahirkan di Jakarta berulang tahun tiap 25 Agustus, Nata yang berasal dari Pati, Jawa Tengah, merayakannya tiap 16 Juni.

Sebagai teman di pelatnas, tak terhitung berapa kali Nata beruji tanding dengan Syabda. Dan, dia mengaku selalu kesulitan untuk menundukkan sahabatnya tersebut di lapangan.

Namun, di pertandingan resmi, tercatat tiga kali keduanya bersua dengan rekor 2-1 untuk Syabda. Terakhir keduanya berhadapan di Turkey International 2018 dengan kemenangan untuk Nata (21-17, 21-15). ’’Syabda tipikal pemain yang tangguh, ulet, dan tidak mudah menyerah,’’ ucapnya.

Salah satu yang paling dikenang Nata adalah keinginan Syabda yang sering diucapkan kepadanya. ’’Kami jarang pertandingan bareng, terakhir Syabda ada keinginan kejar ranking supaya bisa sama saya berangkat ke turnamennya,’’ ujarnya seraya terisak.

Saat ini Nata berada di ranking ke-63 dan Syabda di posisi ke-90. Jika Nata kerap kali bisa mengikuti event Super 300, Syabda lebih sering tampil di level lebih rendah seperti Super 100, challenge, dan series.

Sebetulnya, tekad Syabda untuk bisa melesatkan ranking sudah berada di jalur yang tepat dengan beberapa kali meraih hasil positif. Misalnya, merebut gelar di Lithuanian International 2022, Malaysia International 2022, serta di Iran Fajr International 2023.

PERISTIRAHATAN TERAKHIR: Dua ambulans yang membawa jenazah Syabda dan Anik dari Pemalang ke Sragen. (TIM RADAR PEMALANG)

Untuk saat ini, Nata masih harus menahan keinginan menziarahi makam sahabatnya di Pemakaman Umum Dukuh Karaban, Desa Sumberejo, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen. ’’Nanti rencananya tim tunggal putra ke Sragen setelah tur di Eropa selesai,’’ ujar Nata yang dijadwalkan tampil di Spain Masters 28 Maret–2 April dan di Orleans Masters pada 4–9 April.

Syabda diketahui memiliki hubungan khusus dengan pemain ganda campuran Pitha Haningtyas Mentari. Sutiyo, ayah Pitha, mengungkapkan bahwa Syabda sering berkunjung ke kediamannya di kawasan Tangerang. ’’Iya sering. Setahu saya hampir dua tahun terakhir ini,’’ ucapnya.

Dari pandangan Sutiyo, Syabda anak muda yang santun meski memang dia tidak terlalu sering ngobrol dengannya. ’’Yang tahu banyak bundanya (Pitha). Kalau aku jarang ketemu waktu dia datang. Tapi, yang aku ingat dia cerita jadi penentu kemenangan waktu Thomas Cup (2022 melawan Korea Selatan di fase grup),’’ katanya.

Pitha, lanjut dia, tentu saja sangat sedih. Tapi, karena masih harus bertanding di Swiss Open yang berlangsung mulai hari ini, pasangan Rinov Rivaldy tersebut harus memusatkan perhatian dulu ke pertandingan.

’’Dia (Pitha) sudah hubungin saya. Kami sudah ngobrolin untuk kondisi saat ini,’’ ucapnya.

Sutiyo berharap sang putri bisa tegar dan tidak drop sehingga dapat bermain optimal. ’’Sedangkan kami sekeluarga (kemarin) sudah menuju ke Sragen, tempat almarhum dikebumikan,’’ katanya.

Ketua Umum PP PBSI Agung Firman Sampurna menuturkan, keluarga besar PP PBSI, insan bulu tangkis, dan para pencinta bulu tangkis merasa sangat kehilangan dengan meninggalnya Syabda. ’’Pemain yang memiliki talenta besar dan tangguh. Untuk keluarga yang masih dirawat, semoga segera diberi kesembuhan dan kesehatan kembali seperti sedia kala,’’ ucapnya.

PENENTU KEMENANGAN: Syabda Perkasa Belawa saat melawan tunggal ketiga Korea Selatan Lee Yu-gyu dalam penentu juara grup A Piala Thomas 2022 di Bangkok, Thailand. (115/2002). (ANTARA)

By admin