JawaPos.com–Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengimbau agar masyarakat yang merasakan gejala Leptospirosis segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan. Apa saja gejalanya?

Gejala tersebut antara lain seperti demam (>38°C), nyeri kepala, nyeri otot, malaise (lelah), serta mata tampak merah atau kekuning-kuningan. Mirip dengan demam berdarah. Jika tidak segera tertangani, pasien terjangkit bisa meninggal dunia.

Khofifah mengimbau agar masyarakat untuk rajin mencuci anggota tubuh dengan sabun setelah beraktivitas. Terutama di daerah yang terpapar hujan dan banjir.

Tak cuma itu, mantan Mensos RI itu juga menyarankan penggunaan alat pelindung diri (APD). Yakni seperti sarung tangan dan sepatu boot saat berkegiatan di area yang rawan terkontaminasi leptospira.

”Saya berpesan kepada seluruh masyarakat Jawa Timur, jika merasakan gejala tersebut segera periksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat agar segera mendapatkan penanganan medis,” jelas Khofifah.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jatim Erwin Astha Triyono mengimbau masyarakat untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) saat musim hujan. Khususnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir. Sebab, banyak penyakit yang dapat ditimbulkan di antaranya leptospirosis.

Untuk mengendalikan kasus Leptospirosis di Jawa Timur, Kadinkes Jatim juga telah menginstruksikan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota untuk meningkatkan sistem kewaspadaan dini dengan pelaporan melalui SKDR yang sudah diverifikasi serta melakukan koordinasi/jejaring dengan lintas program dan lintas sektor terkait dalam penanganan leptospirosis.

Selain itu, Dinkes Jatim juga telah menyiapkan ketersediaan RDT leptospirosis di masing-masing kabupaten/kota untuk memudahkan diagnosis serta menyosialisasikan tata laksana pengobatan leptospirosis.

Erwin menambahkan, kejadian leptospirosis tidak hanya berkaitan dengan banjir, tapi juga terkait dengan air yang terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri leptospira.

”Seperti tikus, sapi, babi, di sekitar lingkungan manusia. Tak hanya itu, penularan Leptospirosis bisa terjadi melalui kontak erat dengan binatang ternak yang terinfeksi dan terjadi pada pekerjaan yang berpotensi kontak dengan sumber infeksi,” jelas Erwin.

Sejauh ini, dari total 249 kasus yang terjadi di Jatim, terbanyak terjadi di Kabupaten Pacitan dengan jumlah 204 kasus dengan jumlah kematian 6 orang. Selanjutnya, Kabupaten Probolinggo sejumlah 3 kasus dengan jumlah kematian 2 orang, Kabupaten Gresik 3 kasus, Kabupaten Lumajang 8 kasus, Kota Probolinggo 5 kasus dengan jumlah kematian 1 orang, Kabupaten Sampang 22 kasus, dan Kabupaten Tulungagung 4 kasus.

By admin