Kolam Ikan Cibulan adalah salah satu objek wisata di Jawa Barat yang memiliki cerita misteri. Di tempat wisata tertua di Kuningan tersebut, ada dua kolam ikan yang dikeramatkan. Jika pengunjung nekat membawa pulang ikan, malapetaka bakal menanti.

CIBULAN terletak di Desa Maniskidul, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Konon, keberadaannya lekat dengan sejarah Kerajaan Pajajaran dan Prabu Siliwangi. Bahkan, di lokasi tersebut ada petilasan tujuh sumur yang dipercaya berkhasiat. Terdiri atas Sumur Kejayaan, Kemuliaan, Pangabulan, Cirancana, Cisadane, Kemudahan, dan Keselamatan. Warga meyakini Sumur Cirancana berisi kepiting emas.

Maman Suherman, pengelola objek wisata Cibulan, menjelaskan bahwa Cibulan diambil dari bahasa Sunda. Ci berarti air. Bulan berasal dari kata ketimbulan atau air yang timbul secara tiba-tiba.

Memang petirtaan ini memiliki debit air yang besar, yaitu mencapai 6 liter per detik. Air itu muncul dari dasar kolam. Karena itu, dasar kolam dibiarkan tetap alami dengan pasir dan bebatuan.

Ikan berjenis kancra bodas di kolam tersebut memang dikeramatkan warga sekitar. Sebagian menyebutnya sebagai ikan dewa. Alkisah, ikan dewa dulu merupakan prajurit Prabu Siliwangi.

Namun, mereka membangkang dan tidak setia. Lalu, dikutuklah mereka menjadi ikan. Sejak itu ada ikan dewa di Cibulan. Makanan kesukaannya juga aneh, yakni apel merah dan jagung rebus.

Memang ada ikan di Cibulan yang mati setiap minggu. Namun, sampai sekarang, jumlahnya tetap sama. Ikan dewa yang mati tidak mengambang, tetapi tenggelam di dasar kolam.

Baunya pun sangat amis dan tercium sejak pintu masuk. Padahal, saat masih hidup, ikan tidak berlendir dan tidak memiliki bau amis sama sekali. ”Kalau dipikir, nggak masuk logika,” kata Maman.

Ikan dewa yang mati juga tidak langsung dikuburkan, tetapi harus dikafani layaknya muslim. ”Itu tradisi dari dulu,” tegasnya.

Pria 53 tahun itu pun mengungkapkan, ikan dewa tidak diperkenankan dibawa pulang. ”Barang siapa yang mengambil, tunggu musibah yang akan datang,” kata Maman memperingatkan.

Kabarnya, ada satu keluarga yang mendadak gila semuanya karena tidak memercayai larangan tersebut. Bahkan sengaja menentangnya.

Dulu Maman juga pernah menasihati seorang anak. Namun, anak tersebut bandel dan tetap membawa pulang ikan dewa ukuran kecil. Sesampai di rumahnya, tangkapan itu dimasukkan ke akuarium.

Namun, pada malam harinya, si anak terbangun oleh suara cipratan. Seperti ada ikan ukuran sangat besar yang melompat ke rumahnya. Karena ketakutan, anak itu kemudian mengembalikan ikan dewa ke Cibulan.

Maman juga mengalami sendiri keanehan pada ikan dewa. Dia kerap berpatroli malam di Cibulan. Saat melihat kolam, ternyata kosong. Hal itu diketahui Maman saat mengarahkan senter ke dasar kolam. ”Kata pedagang gorengan, dia juga pernah melihat ikan dewa ada di darat,” ungkap ayah dua anak tersebut.

Pawang ikan dewa Ujang Gumelar justru beberapa kali ditemui wisatawan yang sengaja kembali ke Cibulan. Mereka mengadukan potret ikan yang dinilai janggal. Misalnya, kepala ikan berubah menjadi perempuan bermahkota. Pernah pula ada pelancong yang mendapati foto ikan dengan kepala harimau. ”Itu orang Kalimantan (yang memfoto, Red),” jelasnya.

Lain waktu, ada pula pengunjung yang berpose dengan ikan. Potret diambil dengan kamera ponsel. Namun, ikan tidak muncul dalam gambar yang ditangkap kamera ponselnya.

Pria 52 tahun itu lantas mengungkap, ikan dewa sebetulnya membawa rezeki. Terutama bagi mereka yang dapat melihat ikan dalam keadaan tidak berdaging. Wujud ikan hanya berupa kepala, duri, dan ekor. Namun, tidak semua orang dapat melihatnya. Hanya orang tertentu. ”Itu memang benar. Ada sesepuh desa yang juga menggambarkan ikan seperti itu,” tandasnya.

By admin