Korban Tahan Banting yang Ingin Menjadi Drumer

Sebagai anak dan cucu pertama, David Ozora dididik sang ayah mandiri sejak kecil. Di pesantrennya dulu, dia dikenal sebagai santri yang aktif.

AGUS DWI PRASETYO, Jakarta

KABAR melegakan itu datang ke kerabat dekat David Ozora yang berada jauh dari Jakarta lewat ponsel. ’’Dia (David) sudah bisa merespons tadi saat diajak salawat,” kata si pemberi kabar.

Setelah seperti petinju terhuyung terkena pukulan telak begitu mendengar sang keponakan dianiaya, itu adalah kabar perkembangan positif kesekian yang diterima Theodora Hapsari, bibi David, sepanjang hari kemarin (22/2). Sebelumnya, tim dokter, yang dia kutip dari keterangan keluarga yang menunggui David di rumah sakit, menyebut dalam tiga kali CT scan, semua hasilnya baik.

Ibu dua anak yang tinggal di Sidoarjo, Jawa Timur, tersebut sebenarnya ingin langsung ke Jakarta, tempat sang keponakan dirawat, tapi Jonathan Latumahina, ayah remaja 17 tahun itu, melarang.

“Belum perlu, didoakan saja dari jauh,” kata Theodora, menirukan sang kakak yang biasa dia panggil Mas Jo itu.

David keponakan tertuanya. Theodora menyebut karakter keponakannya itu terbuka dan punya banyak teman. Tentang ketertarikannya kepada lawan jenis pun, dia banyak bercerita. Termasuk ketika menjalin hubungan dengan A, gadis yang kini menjadi mantannya dan berada di lokasi ketika peristiwa pengeroyokan terjadi.

”David juga biasa cerita kalau sedang naksir atau punya pacar,” kata Theodora kepada Jawa Pos kemarin.

Alumnus Pondok Pesantren Inggris Assalam, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, itu sangat mengidolakan sang ayah yang punya latar belakang sebagai musisi hardcore. David tekun belajar ngedrum, les kepada Andyan Gorust, kawan sang ayah yang dulunya merupakan personel Deadsquad.

Hafas Alawi, pengasuh Pondok Pesantren Inggris Assalam, kepada Radar Bogor, mengenang David sebagai santri yang aktif. ’’Jadi, David ini dua tahun di sini (mondok). Sebelum Covid-19, sudah keluar,’’ kata dia saat ditemui Radar Bogor tadi malam (22/2).

Terakhir David mengunjungi tempatnya dulu menimba ilmu itu bulan lalu. ’’Saya kaget sekali mendengar apa yang terjadi pada David. Tadi (kemarin) saya sempat menghubungi ayahnya dengan maksud akan menjenguk,” kata Hafas.

Selain aktif, David bocah tahan banting. Sang ayah, tutur Theodora, memang ingin mendidiknya sebagai anak mandiri. Apalagi, dia anak dan cucu tertua, laki-laki pula.

’’Crystalino David Ozora, nama lengkap David, mencerminkan itu juga. Anak pertama, cucu pertama. Maunya jadi anak yang crystal clear gitu. Bikin orang lain tercerahkan,” tutur Theodora.

Karena itu, ada masa setahun ketika David memutuskan tidak ingin bersekolah dulu, Jonathan menyepakatinya asal dia mau belajar mencari uang sendiri sebagai bagian belajar mandiri. Remaja yang kemudian bersekolah di SMA Pangudi Luhur, Jakarta, itu pun sempat membantu kawan sang ayah berjualan ikan cupang.

Dari situlah David mendapat bayaran dan tidak mengandalkan uang pemberian orang tua. ”Di tengah jalan, David menyerah dan balik ke pesantren, ikut ngajarin ngaji dan kegiatan ekstra di sana,” imbuhnya.

Sampai tadi malam Jonathan belum bisa memberikan keterangan banyak. Sebab, dia masih fokus mendampingi anaknya, juga melakukan pemberkasan di polisi.

Lewat akun Twitter-nya, Jonathan menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang sudah mendoakan anaknya. ’’Gusti Allah akan membalas doa njenengan semuanya,’’ tulisnya.

Theodora menyebut David memang dipindah ke rumah sakit lain. ’’Disuruh MRI (magnetic resonance imaging). Tapi, RS Medika Permata Hijau (tempat David dirawat) ndak ada alatnya. Makanya dipindah ke RS Mayapada (di Kuningan, Jakarta Selatan) kalau tidak besok (hari ini) atau lusa (besok) MRI rencananya,” katanya. (*/ttg/all/c/wan/c7/ttg)

By admin