Di tengah gempuran tren arsitektur bergaya modern, arsitektur bernuansa tradisional masih menemukan tempatnya. Elemen khas Indonesia diadaptasi sedemikian rupa hingga mewujud dalam hunian unik nan elok. Misalnya rumah di kawasan Nginden, Surabaya, karya arsitek Gayuh Budi dari Gursiji Studio berikut.

KESAN tradisional pada hunian tersebut terasa kental dengan penggunaan material batu bata ekspos di hampir seluruh fasad. Namun, satu hal yang paling menarik dari rumah tersebut adalah fasadnya yang berbentuk lancip di bagian atas.

Bentuknya mengingatkan kita terhadap gunungan wayang karena memang dari situlah inspirasi utamanya. Bagian fasad yang meng-cover kamar utama di lantai 2 itu juga dipercantik dengan tekstur dan motif seperti batu akik Junjung Drajat.

Namun, menurut Gayuh, motif itu dibalik sehingga bentuk lancipnya ada di bagian atas. Selain menyesuaikan dengan bentuk fasad gunungan, juga memiliki makna filosofis tersendiri. ’’Yakni, membuat pemilik semakin betah di rumah, serta harapannya dapat menaikkan kehidupannya,’’ kata Gayuh kepada Jawa Pos pada Jumat (18/3).

Untuk menghasilkan motif tersebut, Gayuh menggunakan teknik penggabungan satu bata dan setengah bata. Dia menjelaskan, teknik satu bata atau dinding pemikul banyak digunakan pada bangunan tempo dulu ketika teknologi beton belum ada. ’’Tapi, saat ini dinding satu bata sudah tidak lagi digunakan. Jadi, kombinasi dinding yang muncul adalah representasi dari pasangan satu bata,’’ katanya.

MAKNA FILOSIFIS: Fasad gunungan motif batu akik Junjung Drajat memiliki makna tersendiri. Diharapkan membuat pemilik semakin betah di rumah dan dapat dimenaikkan kehidupannya. (PUGUH SUJATMIKO/JAWA POS)

Di sisi lain, Gayuh juga melakukan pendekatan omah kampung halaman pada rumah itu. Artinya, rumah itu mengingatkan terhadap kampung halaman, yakni tempat di mana kita dilahirkan dan menghabiskan masa kecil hingga menjelang dewasa. Namun, Gayuh juga mengartikannya secara harfiah. Yakni, kampung yang memiliki halaman.

Karena itulah, di rumah tersebut terdapat dua halaman. Yang pertama ada di lantai 1. Taman kering di lantai 1 itu juga berfungsi memecah massa bangunan. Sebab, rumah tersebut memiliki panjang 30 meter persegi. ’’Harus dipotong supaya udara dan sirkulasinya didapat dari atas, mengingat kanan dan kiri rumah itu penuh dengan rumah tetangga,’’ jelas Gayuh.

BIKIN BETAH: Suasana ruang keluarga yang sejuk. Di balik dinding lengkung terdapat taman kering yang mengalirkan udara ke dalam ruangan. (PUGUH SUJATMIKO/JAWA POS)

Lalu, halaman di lantai 2 yang hanya dapat diakses dari kamar utama. Sehingga menjadikannya area yang sangat privat. ’’Jadi, kalau pagi-pagi atau malam mau duduk santai ditemani udara segar, bisa di lantai 2 aja, tidak perlu turun,’’ pungkas ketua pengurus Ikatan Arsitek Indonesia-Jawa Timur tersebut.


HIGHLIGHTS

  • PINTU NEWTRO
NEWTRO: Pintu kayu ukir yang menjadi point of interest. Dibuat dari material lama namun tampil baru, retro tapi new. Menambah daya tarik hunian. (PUGUH SUJATMIKO/JAWA POS)

Nuansa tradisional diperkuat dengan adanya pintu kayu ukir dari Bojonegoro. Pintu itu dibuat dari material lama yang diatur sedemikian rupa sehingga menjadi baru. Gayuh menyebutnya newtro, yakni new (baru) tapi retro. Pintu itu tidak diberifinishing touch untuk mempertahankan coretan-coretan aslinya.

  • JEMBATAN PENEDUH

Di lantai 2 yang merupakan area privat, terdapat jembatan kecil yang menghubungkan kamar anak dengan kamar utama. Jembatan itu juga sekaligus menjadi peneduh pada area taman kering di lantai 1.

  • PAGAR GESER

Pemilik rumah berinisiatif membuat pagar geser yang membatasi antara area diskusi dan area keluarga di lantai 1. Selain itu, juga agar area keluarga di belakang tidak terlalu terlihat dari pintu masuk. Pagar yang dibuat semi-terbuka itu dihiasi pot-pot tanaman.

  • LAPANGAN BASKET MINI
(PUGUH SUJATMIKO/JAWA POS)

Area ini ada sebelum Gayuh merenovasi rumah tersebut. Lapangan itu terletak di bagian belakang lantai 1. Tujuannya untuk mengakomodasi hobi basket pemilik dan anaknya.


(PUGUH SUJATMIKO/JAWA POS)
  • Arsitek: Gayuh Budi Utomo
  • Luas tanah: 400 meter persegi
  • Luas bangunan: 250 meter persegi
  • Lokasi: Surabaya
  • Lama pengerjaan: 1,5 tahun

By admin