JawaPos.com – Dalam beberapa dekade ke depan, bakal terjadi keruntuhan masyarakat global. Itu adalah prediksi dari Global Sustainability Institute, Anglia Ruskin University, Inggris. Pemicunya kompleks. Yakni, kombinasi dari kerusakan ekologis, krisis finansial, sumber daya alam yang terbatas, pertumbuhan populasi penduduk dunia, dan pandemi yang melebihi Covid-19.

”Perubahan signifikan mungkin terjadi dalam beberapa tahun ataupun beberapa dekade mendatang,” tegas Direktur Global Sustainability Institute Profesor Aled Jones seperti dikutip The Guardian.

Dia mencontohkan bahwa dampak perubahan iklim seperti peningkatan frekuensi dan intensitas kekeringan, banjir, suhu ekstrem, serta pergerakan populasi menyumbang tingkat keparahan.

Penelitian Global Sustainability Institute itu diterbitkan dalam jurnal Sustainability. Meski baru perkiraan, peluang terjadinya hal tersebut juga terbuka. Jika hal itu benar terjadi, ada 20 negara yang diyakini mampu mempertahankan peradabannya di dalam garis perbatasan. Duduk di posisi pertama adalah Selandia Baru. Selain itu, ada Islandia, Inggris, Tasmania, Irlandia, dan Australia.

Penilaian tiap negara didasarkan kemampuan mereka dalam menyediakan pangan bagi penduduknya, melindungi perbatasan dari migrasi massal yang tidak diinginkan, memelihara jaringan listrik, dan beberapa kemampuan manufaktur lainnya. Negara yang berbentuk kepulauan di daerah beriklim sedang dan sebagian besar dengan kepadatan penduduk rendah berada di urutan teratas.

Negara-negara tersebut juga jarang mengalami suhu ekstrem. Jumlah curah hujannya bervariasi karena dekat dengan lautan. Hal tersebut membuat mereka sangat mungkin memiliki kondisi yang relatif stabil di masa depan, terlepas adanya efek perubahan iklim.

Selandia Baru duduk di posisi teratas karena punya kemampuan menghasilkan energi dari panas bumi dan hidroelektrik. Selain itu, lahan pertaniannya melimpah dan populasinya rendah. Itu memungkinkan bagi Negeri Kiwi tersebut untuk bisa bertahan hidup tanpa terlalu terdampak situasi di luar.

Inggris, di sisi lain, memiliki tanah yang subur serta hasil pertanian yang bervariasi. Sayang, lahan pertanian tidak cukup banyak karena kepadatan penduduknya. Swasembada pangan di Inggris di masa depan masih dipertanyakan.

By admin